Visit My Awesome Photo's Galleries Other World's, Click Here to see!

Search This Blog

Friday, April 1, 2011

Adakah Texas Fried Chicken di Texas?

Editor: I Made Asdhiana
Kamis, 17 Februari 2011 | 09:11 WIB
Dibaca: 11466
NITA NOVIANTI Tiga menu utama: daging punggung, rusuk, dan sosis, semuanya langsung dari panggangan, dijamin masih panas.
Foto:
1 2
KOMPAS.com - Adakah Texas Fried Chicken di Texas? Pertanyaan itu sangat membuat saya penasaran dan ingin segera mengetahui jawabannya langsung sebelum saya berangkat ke Texas. Bagaimana tidak penasaran? Begitu rekan-rekan tahu saya akan melanjutkan kuliah di Texas, saya bisa bilang 99 persen dari mereka akan berkata, “Wah, Texas Friend Chicken, dong!” atau “Pasti banyak ayam, kan Texas Fried Chicken?” atau, “Oleh-olehnya Texas Friend Chicken aja, ya?”
Begitu tiba di sana, hem… saya lihat di sekeliling saya, di setiap jalanan yang saya lewati di beberapa kota besar dan kecil di Texas. Dari belasan kota yang pernah saya lewati, tak ada satu pun, sekali lagi tidak ada satu pun restoran yang bernama Texas Fried Chicken.
Akhirnya, penasaran, saya pun bertanya pada profesor yang menyambut saya dan mengajak saya makan di sebuah restoran, topik yang tepat, mengingat kami sedang menyantap hidangan. “Adakah Texas Friend Chicken di sini?" tanya saya.
Hampir tersedak mereka berkata, “Apa? Baru pertama kami dengar!”
Ketika saya ceritakan betapa terkenalnya restoran ini di Indonesia, apalagi restoran yang memakai nama negara bagian Kentucky dan California, mereka pun terheran-heran dan tak kuasa menahan tawa, sekaligus bangga. Sayapun bengong.
Kemudian, mereka pun bercerita kalau di Texas, alih-alih terkenal dengan fried chicken atau bahasa kerennya ayam goreng lebih terkenal dengan barbecue, dimana tentu menu utamanya daging merah - babi dan sapi -dan juga ayam. Tapi, daging merah lebih umum. Mereka bilang dengan percaya dirinya, sampai saya penasaran sekali dan akhirnya sayapun berkesempatan mengunjungi salah satu barbecue di daerah Luling, Texas.
Begitu saya sampai di sana, antrean panjang sekali. Bangku-bangku penuh. Untunglah, pelayanan yang super cepat dan efisien membuat kami tidak mengantri begitu lama, ya, cuma setengah jam. Mengantre tidaklah unik, mungkin sudah biasa apalagi kalau restorannya terkenal dengan harga yang terjangkau.
Yang unik dari restoran ini diantaranya:
Pertama. Harus membayar tunai, kartu debit atau kredit tidak diterima di sini (cukup “tradisional atau kuno” mengingat betapa kartu debit dan atau kredit jauh lebih umum digunakan di Amerika dibanding uang tunai). Tidak bawa uang tunai? Tenang saja,  di dalam restoran ini, ya, di dalamnya, ada ATM.
Kedua. Jangan berharap disediakan piring, entah untuk menghemat pengeluaran agar harga makanan tetap terjangkau atau alasan lain, kami hanya diberi kertas seperti untuk nasi bungkus dengan ukuran besar.
Ketiga. Tempat pembakaran daging, atau pengasapannya, atau barbecue-nya yang besar berada di sebuah ruangan yang tertutup dari restoran dan setelah mengantri panjang, pembeli harus masuk ke ruangan ini, memesan, langsung dilayani, membayar, dan membawa makanan beserta bau asap dari daging yang dibakar di depan kita. Lengkap.
Keempat. Porsinya, sudah tidak asing lagi memang, penduduk Amerika, terutama Texas adalah “penyantap” atau istilah kerennya “konsumen” daging dengan tingkat konsumsi yang cukup tinggi di dunia. Jadi, porsi yang diberikan pun berdasarkan berat daging yang dipesan, 9 dollar AS untuk satu pound  brisket (daging bagian punggung) sapi. Karena ribs (daging di bagian tulang rusuk) dan sosis terbuat dari babi, saya tidak bisa memesannya, padahal saya suka sekali ribs.
Usut punya usut, ribs dari daging sapi memang tidak terkenal di barbecue  Texas. Sebagai pemakan daging dengan proporsi 1:5 dengan nasi, tentu saya tidak akan memesan sebanyak itu. Untungnya, kita bisa memesan dalam “slice” atau potongan. Saya pesan lima potong, dan cukup terkejut karena ternyata 5 potong itu terlalu banyak, tentu saja satu potong porsi di sini berbeda dari yang saya pikirkan sebagai seorang Indonesia. Untungnya lagi (betapa katanya orang Indonesia senang sekali mengucapkan kata “untung”), kita bisa membawa pulang sisa makanan kita.
Proses akhir dari sebuah perjalanan panjang beberapa belas mil dan mengantre selama sekitar 40 menit dihitung dengan proses memesan dan membayar, serta mencari tempat (bagian yang paling sulit saking penuhnya restoran ini), adalah makan.
Selamat makan…
Perjalanan ini, membuat saya berpikir, kenapa tidak ada yang membuka usaha Texas Barbecue, atau, kalaupun ada, kenapa tidak seterkenal Texas Fried Chicken, yang di Texas sendiri pun padahal tidak ada. Tapi, sebenarnya bersyukur pula, karena tentu saya lebih mencintai dan mendukung masakan Indonesia, terutama masakan Padang yang menyebar di mana-mana. (Kompasiana/Nita Novianti)

No comments:

Post a Comment

Blog Archive