Visit My Awesome Photo's Galleries Other World's, Click Here to see!

Search This Blog

Friday, April 1, 2011

Pindang Tulang Iga, Hits Banget!

Editor: I Made Asdhiana
Rabu, 19 Januari 2011 | 15:40 WIB
Dibaca: 4309
YUDI/DOYANMAKAN.COM Pindang tulang iga di Palembang Food.
Foto:
1 2
KOMPAS.com - Ini kali kedua kami datang ke Palembang Food, tapi yang pertama gagal total karena rumah makannya tutup. Kali ini dengan semangat kami menuju Palembang Food lagi dan berharap supaya tidak tutup lagi. Kami memang jadi penasaran akan rasa makanan khas Palembang yang ada di Jalan Suryo 50, Jakarta Selatan ini, karena menurut teman kami, Mbak Anggi, pindangnya enak banget. Pempeknya juga enak, ujarnya. Kali ini pun kami pergi ke situ bersama Mbak Anggi, dan dia terlihat begitu semangat sekali he-he...
Waktu kami datang sudah menunjukkan jam 8 malam, untung saja belum tutup. Memang sih sudah agak sepi pengunjung, hanya tinggal beberapa meja saja. Tempatnya tidak terlalu besar, tapi sangat bersih dan cukup nyaman. Pelayan-pelayannya pun sangat ramah menyambut dan melayani pesanan kami.
Kami pesan satu porsi pempek dan dua porsi Pindang Tulang Iga-nya, tadinya mau mencoba martabaknya juga, tapi takut perut ini tidak muat. Dan sembari menunggu makanan kami datang, kami melihat sekeliling interiornya. Wow... sudah ada beberapa artis yang datang ke tempat ini, pasti enak nih.
Yang pertama datang adalah pindangnya, wuih kelihatan mantap sekali. Kuahnya berwarna kuning kemerahan, slurrp.... rasanya sangat spicy sekali.  Yummyy... enak banget!  Gurih, lezat dan ada sedikit rasa pedasnya. Kuahnya saja sudah enak begini, bagaimana iganya. Memang tidak salah Mbak Anggi merekomendasikan tempat ini. Tulang iganya juga enak, tapi yang paling membuat saya terkesan adalah rasa kuahnya yang enak banget itu.
Nah pempeknya juga enak banget lho, komentar dari Mbak Anggi adalah “Hits banget” yang artinya top atau enak banget he-he...
Next time kami mau mencoba martabaknya ahhh.... O iya kami juga pesan pempeknya dibungkus untuk oleh-oleh di rumah, abis enak sih. kalau Anda sudah coba makan disini, pasti tidak akan menyesal, karena rasanya benar-benar hits. (Ita)

Pepes Bandeng Purwokerto

Editor: I Made Asdhiana
Senin, 21 Februari 2011 | 07:28 WIB
YUDI/DOYANMAKAN.COM Pepes bandeng.
Foto:
1 2
KOMPAS.com - Kemarin malam ada saudara sepupu kami datang dari Purwokerto, dan dia membawakan beberapa oleh-oleh. Biasanya oleh-oleh khas kota Purwokerto adalah tempe mendoan, tapi kali ini jauh berbeda dari biasanya. Kami mendapatkan Pepes Bandeng. Yup, Pepes Bandeng bermerek Sisca ini belum pernah kami coba sebelumnya, makanya kami begitu semangat untuk segera mencobanya.
Ikan bandeng pepes ini di bungkus daun pisang dengan rapi, dan diberi label plastik warna putih bertuliskan Sisca. Wah, asik nih bisa buat lauk makan malam. Begitu saya buka untuk dipanaskan .... wuih isinya membangkitkan selera makan saya dan keluarga. Ikan bandeng pepesnya dibumbui dengan cabe rawit merah, pete, daun singkong, daun kemangi, daun salam, dan sereh. Harum banget. Waktu saya panaskan pun harumnya kemana-mana, he-he.. membuat kami tidak sabar untuk segera menyantapnya. Dan untuk melengkapi makan bandeng pepes tadi, kami menyiapkan nasi putih hangat dan minumnya teh hijau hangat.
Nasi sudah siap, pepes bandeng pun sudah siap ... sekarang waktunya makan. Pertama-tama saya cicipi dulu sayurannya, wah enak banget. Wangi daun kemanginya  sangat terasa, ditambah dengan cabe rawit yang yang haluskan membuat rasanya semakin mantap. Sayurannya saja sudah mantap begini, bagaimana bandengnya ya? Nah sekarang kita coba daging ikan bandengnya, nyam nyam...enak sekali, rasanya meresap sampai ke dalam. Mantap deh pokoknya. Baru kali ini saya makan pepes bandeng yang begitu enak hehe....
Pepes Bandeng Sisca ini benar-benar enak banget, semua bumbunya terasa pas. Dan yang membuat saya suka sekali dengan bandeng ini adalah karena dagingnya tidak bau tanah. Kalau tidak pintar memasaknya, biasanya suka tercium bau tanah. Tapi hal ini tidak ada di Pepes Bandeng Sisca.  Cobain deh, anda pasti ketagihan dengan kelezatan Bandeng Pepes Sisca ini. (Ita)

Sup Tulang Khas Jambi, Empuk dan Lezat

Editor: I Made Asdhiana
Minggu, 16 Januari 2011 | 11:19 WIB
YUDI/DOYANMAKAN.COM Sup tulang, sup khas Jambi.
KOMPAS.com — Malam-malam, hujan, belum makan pula, perut sudah keroncongan. Saat itu, Selasa malam minggu lalu, saya sedang berada di sekitar Puri Kembangan. Teman-teman mengajak makan, tapi belum tahu mau makan di mana. Kemudian salah satu teman saya mengusulkan untuk mencari makanan yang berkuah. Muncullah ide untuk makan sup khas Jambi. Akhirnya kami pergi ke daerah Ring Road Cengkareng, nama tempatnya cukup unik juga yaitu "Sop Tulang 10.000rp".
Nama yang cukup unik kan? Kenapa ya dinamakan "Sop Tulang 10.000rp?" Lalu saya dan teman-teman bertanya kepada pemiliknya yaitu Bapak Herwin, dan ternyata dahulu harga supnya memang di mulai dari harga Rp 10.000, tapi sebenarnya visinya kalau sup tulang beranak pinak pengennya bikin menu lezat dari daging sapi 10.000 rupa. Wow... banyak sekali.
Sup tulang ini khas daerah Jambi, kuahnya bening ditaburi daun bawang dan bawang goreng. Daging sapinya empuk dan terasa lezat, sebenarnya mirip sup iga. Menurut Pak Herwin, lam merebus daging kira-kira 4-5 jam, makanya daging bisa terasa empuk. Malam itu kami coba mencici sup tulang dan seporsi tulang bakar.
Daging pada tulang bakar sama empuknya dengan sup tulang. Menu tulang bakar ini ditambah dengan bumbu BBQ dan tentunya dagingnya dibakar. Ciri khas yang lain terletak pada nasinya. Jadi setiap kita order nasi, sudah ada bonusnya yaitu sambal tempe teri.
"Sop Tulang 10.000rp" buka pukul 10.30-22.00. Kalau Anda tinggal di daerah Taman Semanan, Kosambi dan sekitarnya, bisa delivery atau kalau memang Anda ingin langsung coba bisa langsung datang di Jl Ring Road, Cengkareng Ruko Inter Kota atau di cabangnya di Mal Ambasador. (Yudi)

Tongseng Panarukan, Hmm...

Editor: I Made Asdhiana
Rabu, 16 Februari 2011 | 08:55 WIB
Dibaca: 1892
YUDI/DOYANMAKAN.COM Tongseng kambing Panarukan.
KOMPAS.com - Kemarin siang saya sedang berada di daerah Menteng untuk mencetak foto, nah itu dia bingung mau makan siang dimana. Setelah saya ingat-ingat, kalau tidak salah dulu ada Tongseng Kambing di dekat sini. Saya langsung memutar mobil saya ke arah Jalan Panarukan, ketemu deh si Tongseng Kambingnya, dekat dengan taman yang ada di jalan tersebut. Tidak sulit kok mencari Jalan Panarukan, jalannya persis sebelum Gereja dan Dunkin Donut yang ada di Jalan HOS Cokroaminoto. Anda belok kiri dan terus saja sampai ketemu taman, nah disitulah letak Tongseng Kambing Panarukan.
Yup, makan siang kali ini memang agak sedikit berbeda he-he... Makan di taman ditemani semilir angin sepoi-sepoi, adem. Meskipun hanya duduk di kursi plastik yang diletakkan di pinggiran taman, tapi kami sangat menikmati makan siang kali ini. O iya saya pesan tongseng kambing, dan teman saya pesan nasi goreng kambing. Disini juga ada sate kambingnya juga. Di sebelahnya juga ada bapak-bapak yang menjual es kelapa muda.
Bapak Aming, penjual tongseng kambing ini berasal dari Boyolali dan sudah berjualan tongseng sejak 20 tahun yang lalu. Menurut beliau, biasanya ramai kalau sedang jam makan siang. Memang benar, tidak lama setelah kami pesan, mulai deh datang bergiliran orang-orang berpakaian rapi memenuhi area Taman Panarukan, Menteng ini. Bahkan ada yang rela berdiri menunggu kebagian tempat duduk. Nampaknya, banyak pekerja kantoran sekitar sini yang sudah menjadi pelanggan setia tongseng Pak Aming ini.
Meskipun hanya berjualan tongseng pakai gerobak, tapi rasa tongseng kambing Pak Aming ini enak banget. Nendang banget rasanya, daging kambingnya juga empuk dan tidak bau “prengus”. Rasa kuahnya mantap banget. Nasi gorengnya juga lumayan enak.
Cobain deh tongseng kambingnya. Tapi jangan sampai kehabisan, karena Pak Aming hanya berjualan dari jam 10 pagi sampai jam 5 sore saja. (Ita)

Lezatnya Pempek Apy Plaju

Editor: I Made Asdhiana
Rabu, 9 Februari 2011 | 08:15 WIB
Dibaca: 2096
YUDI/DOYANMAKAN.COM Pempek Apy Plaju Sari Sanjaya.
KOMPAS.com - Setiap kali melewati Rumah Makan Sari Sanjaya yang di Kelapa Gading, Jakarta Utara, pasti parkirannya selalu penuh dengan mobil, selalu terlihat ramai. Membuat saya penasaran dengan rumah makan ini. Menurut tante saya, Sari Sanjaya ini  terkenal dengan pempeknya. Teman saya pun ada yang bilang serupa dengan tante saya. Bahkan tante saya sampai beli 100 buah untuk oleh-oleh temannya yang ada di luar kota. Wah berarti saya harus mencobanya.
Makanya makan siang kali ini kami memang sengaja mendatangi Sari Sanjaya yang di daerah Kelapa Gading, dan benar saja ... kami dapat parkiran agak jauh dari restorannya. Hmm.... apa boleh buat sudah niat, harus dilanjutkan he-he...
Dulu Sari Sanjaya hanya menggunakan satu ruko, sekarang berkembang menjadi tiga ruko. Tempatnya sih biasa saja tetapi cukup luas, tapi tempatnya sangat ramai pengunjung. Kami pun dapat tempat duduk di pojokan, karena hanya itu yang tersisa. Walah ... hebat euy ramainya.
Kami pesan satu porsi Pempek Campur, dan juga Pempek Kapal Selam. Memang agak sedikit lama menunggu, ya wajar saja sih karena ramai sekali disini. Akhirnya datang juga si pempek Apy Plaju. Smells so good, wahh ini pasti enak sekali. Yup, bener banget, baru gigitan pertama saja langsung berasa enaknya. Pempek Rasanya lembut dan berasa sekali rasa ikannya, tapi tidak amis. Begitu pula dengan yang Kulit Ikan, tidak terasa amis sama sekali, enak dan crunchy karena saya minta di goreng kering. Semuanya enak, baik yang kapal selam, keriting, adaan, lenjer, maupun yang kulit ikan. Semua jenis pempek disini recomended untuk dicoba he-he...
Disini juga ada aneka jajanan pasarnya juga lho, jadi kalau sedang menunggu antrean anda bisa beli cemilan jajanan pasarnya. (Ita)

Adakah Texas Fried Chicken di Texas?

Editor: I Made Asdhiana
Kamis, 17 Februari 2011 | 09:11 WIB
Dibaca: 11466
NITA NOVIANTI Tiga menu utama: daging punggung, rusuk, dan sosis, semuanya langsung dari panggangan, dijamin masih panas.
Foto:
1 2
KOMPAS.com - Adakah Texas Fried Chicken di Texas? Pertanyaan itu sangat membuat saya penasaran dan ingin segera mengetahui jawabannya langsung sebelum saya berangkat ke Texas. Bagaimana tidak penasaran? Begitu rekan-rekan tahu saya akan melanjutkan kuliah di Texas, saya bisa bilang 99 persen dari mereka akan berkata, “Wah, Texas Friend Chicken, dong!” atau “Pasti banyak ayam, kan Texas Fried Chicken?” atau, “Oleh-olehnya Texas Friend Chicken aja, ya?”
Begitu tiba di sana, hem… saya lihat di sekeliling saya, di setiap jalanan yang saya lewati di beberapa kota besar dan kecil di Texas. Dari belasan kota yang pernah saya lewati, tak ada satu pun, sekali lagi tidak ada satu pun restoran yang bernama Texas Fried Chicken.
Akhirnya, penasaran, saya pun bertanya pada profesor yang menyambut saya dan mengajak saya makan di sebuah restoran, topik yang tepat, mengingat kami sedang menyantap hidangan. “Adakah Texas Friend Chicken di sini?" tanya saya.
Hampir tersedak mereka berkata, “Apa? Baru pertama kami dengar!”
Ketika saya ceritakan betapa terkenalnya restoran ini di Indonesia, apalagi restoran yang memakai nama negara bagian Kentucky dan California, mereka pun terheran-heran dan tak kuasa menahan tawa, sekaligus bangga. Sayapun bengong.
Kemudian, mereka pun bercerita kalau di Texas, alih-alih terkenal dengan fried chicken atau bahasa kerennya ayam goreng lebih terkenal dengan barbecue, dimana tentu menu utamanya daging merah - babi dan sapi -dan juga ayam. Tapi, daging merah lebih umum. Mereka bilang dengan percaya dirinya, sampai saya penasaran sekali dan akhirnya sayapun berkesempatan mengunjungi salah satu barbecue di daerah Luling, Texas.
Begitu saya sampai di sana, antrean panjang sekali. Bangku-bangku penuh. Untunglah, pelayanan yang super cepat dan efisien membuat kami tidak mengantri begitu lama, ya, cuma setengah jam. Mengantre tidaklah unik, mungkin sudah biasa apalagi kalau restorannya terkenal dengan harga yang terjangkau.
Yang unik dari restoran ini diantaranya:
Pertama. Harus membayar tunai, kartu debit atau kredit tidak diterima di sini (cukup “tradisional atau kuno” mengingat betapa kartu debit dan atau kredit jauh lebih umum digunakan di Amerika dibanding uang tunai). Tidak bawa uang tunai? Tenang saja,  di dalam restoran ini, ya, di dalamnya, ada ATM.
Kedua. Jangan berharap disediakan piring, entah untuk menghemat pengeluaran agar harga makanan tetap terjangkau atau alasan lain, kami hanya diberi kertas seperti untuk nasi bungkus dengan ukuran besar.
Ketiga. Tempat pembakaran daging, atau pengasapannya, atau barbecue-nya yang besar berada di sebuah ruangan yang tertutup dari restoran dan setelah mengantri panjang, pembeli harus masuk ke ruangan ini, memesan, langsung dilayani, membayar, dan membawa makanan beserta bau asap dari daging yang dibakar di depan kita. Lengkap.
Keempat. Porsinya, sudah tidak asing lagi memang, penduduk Amerika, terutama Texas adalah “penyantap” atau istilah kerennya “konsumen” daging dengan tingkat konsumsi yang cukup tinggi di dunia. Jadi, porsi yang diberikan pun berdasarkan berat daging yang dipesan, 9 dollar AS untuk satu pound  brisket (daging bagian punggung) sapi. Karena ribs (daging di bagian tulang rusuk) dan sosis terbuat dari babi, saya tidak bisa memesannya, padahal saya suka sekali ribs.
Usut punya usut, ribs dari daging sapi memang tidak terkenal di barbecue  Texas. Sebagai pemakan daging dengan proporsi 1:5 dengan nasi, tentu saya tidak akan memesan sebanyak itu. Untungnya, kita bisa memesan dalam “slice” atau potongan. Saya pesan lima potong, dan cukup terkejut karena ternyata 5 potong itu terlalu banyak, tentu saja satu potong porsi di sini berbeda dari yang saya pikirkan sebagai seorang Indonesia. Untungnya lagi (betapa katanya orang Indonesia senang sekali mengucapkan kata “untung”), kita bisa membawa pulang sisa makanan kita.
Proses akhir dari sebuah perjalanan panjang beberapa belas mil dan mengantre selama sekitar 40 menit dihitung dengan proses memesan dan membayar, serta mencari tempat (bagian yang paling sulit saking penuhnya restoran ini), adalah makan.
Selamat makan…
Perjalanan ini, membuat saya berpikir, kenapa tidak ada yang membuka usaha Texas Barbecue, atau, kalaupun ada, kenapa tidak seterkenal Texas Fried Chicken, yang di Texas sendiri pun padahal tidak ada. Tapi, sebenarnya bersyukur pula, karena tentu saya lebih mencintai dan mendukung masakan Indonesia, terutama masakan Padang yang menyebar di mana-mana. (Kompasiana/Nita Novianti)

Kepiting Asap Rasane Bikin Lapar

Editor: I Made Asdhiana
Rabu, 23 Februari 2011 | 07:52 WIB
YUDI/DOYANMAKAN.COM Kepiting asap rasane.
Foto:
1 2 3
KOMPAS.com — Hujan deras sore kemarin tidak mengurungkan niat kami untuk makan kepiting asap yang terkenal, yaitu Kepiting Asap Rasane. Meskipun ngelewatin jalanan banjir, tetap saja lho niat makan di Rasane tidak luntur ha-ha... Baru kali ini saya begitu semangat untuk makan kepiting. Kami menuju Rasane yang ada di daerah Pesanggrahan. Begitu sampai pun hujan deras masih turun, untung ada bapak parkir yang siap sedia dengan payung besarnya. Dan, ternyata banyak lho mobil-mobil yang baru berdatangan, meskipun hujan mereka mempunyai semangat yang sama dengan saya, demi kepiting asap Rasane.
Untungnya ketika kami datang belum terlalu ramai pengunjung, jadi tidak perlu mengantre meja he-he-he... General Manager-nya, Pak John, pun ramah menyapa pengunjung-pengunjungnya. Menurut beliau, restoran Rasane ini mulai beroperasi sejak tahun 2002 akhir, tempat pertama mereka adalah di Taman Ratu. Tapi kemudian yang di Taman Ratu ini direlokasi ke Green Ville, sekarang total sudah ada 6 cabang.
Begitu duduk, kami langsung pesan kepiting asap, nah mau yang ukuran super atau jumbo. Yang Jumbo berukuran kurang lebih 1 kg, dan didatangkan dari  Papua dan Kalimantan. Sedangkan yang super sekitar 500 gram. Kami pesan yang super saja, kemudian kami juga pesan udang pancet ala king, dan tentu saja kangkung asli Lombok cah terasi.
Menu yang pertama datang adalah udang pancet ala king, satu porsi berisi 5 ekor, dan bumbunya harum sekali. Menurut pelayannya, udang pancet ala king ini udangnya di goreng terlebih dahulu  kemudian baru dibakar dengan bumbu madu. Rasanya ? waahhh mantap banget !! Tidak ada kata lain selain "enak banget” he-he...
Akhirnya datang juga yang ditunggu-tunggu, si kepiting asap juhi yang masih terbungkus daun pisang. Begitu saya buka daunnya, waahhhh harum sekali. Pasti langsung menggugah selera makan kita deh. Pertama, saya cicipi bumbu juhinya, rasanya agak manis dan gurih, enak banget. Kemudian baru deh saya cicipi daging kepitingnya yang bercampur dengan bumbu juhi tadi, Nyam-nyam enak banget. Top deh pokoknya.
Kemudian menu terakhir yang kami pesan adalah kangkung asli Lombok cah terasi. Dimasak tidak sampai layu sekali, jadi masih terasa segarnya. Rasanya juga enak lho.
Rasane top lah pokoknya, bisa dibilang ini seafood terenak yang pernah saya coba. Meskipun harganya sedikit diatas rata-rata, tapi itu setimpal dengan rasanya yang top banget itu. (Ita)

Iga Penyet Warung Tekko, Sedap!

Editor: I Made Asdhiana
Kamis, 24 Februari 2011 | 09:16 WIB
YUDI/DOYANMAKAN.COM Iga penyet
Foto:
1 2 3
KOMPAS.com — Dengar nama Warung Tekko pasti ingat iga penyet. Setahun belakangan ini memang sedang booming banget ya si iga penyet ini. Dari yang kaki lima sampai yang kelas restoran. Nah kali ini saya bersama teman-teman yang berasal dari luar kota ingin mencoba Iga Penyet Warung Tekko yang terkenal ini, jadilah kami langsung menuju Warung Tekko yang berada di daerah Pesanggrahan, Jakarta Barat.
Tempatnya terdiri dari dua ruko yang digabung, ada lantai satu dan dua. O iya, desain interiornya juga cukup lucu, ada beberapa lukisan Bali yang dipajang dan ada juga lampu-lampu dari anyaman bambu. Meskipun kami datang sudah hampir pukul 22.00, tapi masih saja ramai pengunjungnya, bahkan sampai ke lantai dua.
Kalau makan disini sudah pasti makan iga penyet dong, he-he... nggak lengkap kalau belum makan iga penyetnya. Kemudian, kami juga pesan cah kangkung, tahu goreng, gurame goreng kering, ayam penyet, jamur crispy, dan minumnya es jeruk nipis untuk menetralisir lemaknya.
Warung Tekko menyajikan iga penyet di sebuah piring tanah liat yang penuh dengan sambal, dan dua buah potong iga sapi yang sudah digoreng terlebih dahulu pastinya. Sambalnya juga bisa dipilih, mau sedang atau pedas, bergantung  pada selera Anda. Yuk, kita cobain iganya. Wah empuk dan lumayan kering, tidak terlalu banyak minyaknya dan terasa sekali pedas sambal penyetnya. Rasa keseluruhannya? Hmm Yummy, enak dan mantap. Cobain deh....
Sekarang kita cobain lauk yang lain, ada cah kangung dan tahu goreng. Cah kangkungnya lumayan. Nah tahu gorengnya nih yang enak, dicocol dengan sambal penyetnya, nyam nyam... enak lho. Tahunya kering diluarnya, tapi didalamnya sangat lembut. Ada juga ayam penyet, rasanya juga tidak kalah enak dengan iga penyetnya, bumbunya meresap sampai ke dalam dagingnya. Kemudian ada juga jamur crispy, salah satu menu yang sudah saya incar dari tadi. Jamur yang digoreng tepung ini rasanya sangat enak, gurih, dan tidak keras.
Tak ketinggalan gurame goreng keringnya yang sangat mengundang selera ini, begitu saya gigit.... wah rasanya benar-benar enak, kering banget, dan jadi tambah enak setelah saya campur dengan sambal penyetnya. Gurame goreng keringnya juga harus Anda coba nih he-he...
He-he... udah pada nggak sabar kan makan iga penyet di Warung Tekko. Harganya juga standar kok, tidak mahal. Selain itu cabangnya juga banyak. Jadi Anda tinggal pilih cabang yang paling dekat dengan lokasi Anda. (Ita)

Kepiting Cak Gundul

Editor: I Made Asdhiana
Jumat, 4 Maret 2011 | 07:47 WIB
Dibaca: 7486
YUDI/DOYANMAKAN.COM Kepiting Cak Gundul 1992.
Foto:
1 2
KOMPAS.com - Namanya Cak Gundul, lucu banget ya namanya, jadi inget lagu Gundul-Gundul Pacul he-he... Tapi yang satu ini bukan lagu, melainkan restoran seafood yang terletak di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kepiting Cak Gundul sudah lumayan terkenal, tapi baru kali saya sempat mampir kesini. Buat para penggemar kepiting pasti sudah banyak yang tau tentang Cak Gundul ini. Nah bagi yang belum pernah mencobanya, silahkan datang ke sini.
Gampang kok mencari Kepiting Cak Gundul, dari lampu merah seberang mal Kelapa Gading  terus saja, sampai melewati Seafood 212 terus saja, nanti ada satu Ruko yang paling ramai dan penuh dengan kepulan asap, ya itulah Cak Gundul. Setiap kali saya melintasi Cak Gundul, tempat ini selalu ramai pengunjung, parkiran mobilnya saja sampai penuh.
Kepiting Cak Gundul aslinya berasal dari daerah Pasuruan, Jawa Timur dan sudah ada sejak tahun 1992, hhmm... sudah cukup lama juga ya. Kalau saya pergi ke Jawa Timur, rasanya harus nih nyamperin Kepiting Cak Gundul yang ada di Pasuruan. Tapi berhubung sekarang sedang berada di Jakarta, ya kita cobain saja dulu yang ada di Kelapa Gading.
Begitu saya masuk, wah penuhnya, kami pun kebagian tempat di lantai 2. Semua orang tampak sedang menikmati kepiting mereka. Jadi semakin tidak sabar untuk segera mencicipinya. Menu di Cak Gundul juga tidak banyak, dia memang fokus di kepiting. Kami pesan Kepiting Asam Manis dan Kepiting Goreng Bumbu. Sayang kepiting telurnya sudah habis, yang tersisa hanya kepiting Jantan. Padahal baru jam 8 malam, wow laris manis. Tidak apa-apa, sudah terlanjur jauh-jauh datang ke Gading .... kepiting jantan pun jadi he-he.. Kami lhiat orang-orang di sekeliling begitu lahap makannya, apalagi dengan sambalnya... waaa bikin saya ngiler, semoga pesanan kami tidak lama. O iya kami juga pesan Ikan Bawal Bakar dan Ca Kangkung.
Tidak lama kemudian pesanan kami pun datang, Kepitingnya besar-besar euyyy.... Mantappp. Rasa kepiting asam manisnya enak, bumbu asam manisnya mantap sekali. Kepiting goreng bumbu juga enak. Bumbunya memang benar-benar membuat daging kepitingnya terasa enak untuk dinikmati. Tidak heran orang-orang tergila-gila dengan kepiting cak Gundul. Tapi menurut saya yang membuat semuanya menjadi terasa mantap sekali adalah sambalnya, pedasnya Joss Gandoss!! Pedasnya bukan main, bikin kita makan terus menerus haha. Cobain deh teman-teman.
Terlampau asyik menikmati kepiting, saya sampai lupa dengan Ikan Bawal dan Cah Kangkungnya. Rasa ikan Bakarnya, hmm... cukup enak. Yang jelas sih sambalnya mantap abizzz. Kangkungnya juga enak. (Ita)

Kopi Es Tak Kie, Kedai Kopi Tempo Dulu

Editor: I Made Asdhiana
Senin, 7 Maret 2011 | 06:54 WIB

YUDI/DOYANMAKAN.COM Kedai Kopi Tak Kie di Glodok.
KOMPAS.com - Kedai Kopi Tak Kie inilah yang membuat dahi saya berkerut-kerut karena heran dan takjub. Jujur saja, baru kali saya menginjakkan kaki ke Jalan Pintu Besar Selatan, Glodok. Dan saya tidak pernah menyangka kalau di sebuah gang kecil seperti ini terdapat begitu banyak makanan dan sangat terkesan tempo doeloe alias jadul (jaman dulu). Apalagi ketika kami sampai di kedai kopi es Tak Kie, wuih.... jadul abis. Sebuah tempat yang cukup kuno tapi sangat ramai, padahal disitu hanya ada kopi; tampak beberapa meja bulat memenuhi ruangan kedai kopi es Tak Kie ini.
Ada sekelompok keluarga yang sedang menikmati kopi susu dan menikmati makanan yang mereka pesa dari luar, dan ada juga sekelompok bapak-bapak keturunan Tionghoa  sedang bercengkerama sambil menikmati kopi es mereka. Ada pula anak kecil yang sedang menikmati bubur ayam. Dan di salah satu dindingnya terpampang sebuah frame yang menceritakan sebuah syuting film yang di lakukan di kopi es Tak Kie ini, film berjudul Dewi-Dewi. Salut euy....
Wah saya menjadi semakin penasaran dengan rasa kopinya, sehebat apakah rasa kopi Tak Kie ini sehingga banyak orang merekomendasikan tempat ini untuk saya liput. Menurut mereka kopi es Tak Kie ini unik dan legendaris. Bahkan sampai dijadikan sebuah tempat syuting film.
Hmm... di benak saya ini seperti  Starbucks Jadul he-he... Iya karena ternyata banyak orang-orang yang duduk di sana hanya untuk berkumpul bersama teman-teman sambil menikmati kopi Tak Kie yang sangat khas itu. Saya dan teman saya pesan Kopi Es dan Kopi Susu yang sudah menjadi andalan mereka. Pelayan-nya segera meracik kopi di sebuah gelas bening, sangat sederhana sekali pembuatannya, hanya di campur dengan air panas dan gula pasir, diaduk-aduk dan diberi bongkahan es batu.
Yup, ini memang kopi yang sangat sederhana.... rasanya sangat jujur, rasa kopi yang sebenarnya. Bukan seperti kopi-kopi fancy zaman sekarang yang dicampur dengan sirup vanilla, mocha dan lain sebagainya.  Saya suka sekali dengan Kopi Es-nya, segar, manis, dan rasa kopinya benar-benar khas. Sangat wangi. I like it. Sekarang kita coba Kopi Susu-nya. Rasanya lebih legit dari yang Kopi Es, lebih manis karena ada campuran susunya. Teman saya sangat menyukai Kopi Susunya, tapi kalau saya lebih suka Kopi Es-nya.
O iya saya juga memesan Bubur Ayam ala Tak Kie, karena perut saya masih keroncongan. Bisa saja sih kita pesan di luar Tak Kie, tapi penjual makanan yang diluar kebanyakan non-halal. Jadi saya putuskan untuk pesan bubur ayam di Tak Kie ini saja. Tentu saja buburnya seperti bubur ala Chinese lengkap dengan cakwe dan daun bawang.  Rasanya lumayan enak juga koq buburnya dan harganya juga lumayan murah.
Dan ada satu hal lagi yang membuat saya senang sekali menemukan Kopi Tak Kie ini, yaitu... mereka menjual kopi bubuknya. Saya langsung pesan kopi bubuknya untuk saya minum di rumah. Tapi ketika Sena; teman saya berkunjung ke rumah dan saya suguhkan kopi ini, ... dia kaget dengan aroma kopinya yang sangat kuat dan wangi. Dia langsung bertanya mereknya he-he... Dia sangat tertarik dengan kopi satu ini, dan akhirnya kopi bubuk tersebut saya berikan ke dia untuk dia bawa pulang ke negaranya, Korea.
Saya senang sekali dengan Kopi Tak Kie ini, karena hasilnya diluar imajinasi saya. Saya setuju lho kalau Tak Kie menjadi salah satu tempat wisata kuliner tempo dulu kota Jakarta yang harus tetap di lestarikan. Sayangnya disitu hanya buka dari pagi sampai jam 2 siang saja, jadi jangan sampai kesiangan ya kalau Anda ingin mencobanya. (Ita)

Demi Tahu Pong Semarang, Rela Antre...

Editor: I Made Asdhiana
Kamis, 24 Maret 2011 | 15:52 WIB
YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM Tahu pong semarang di Jalan Hayam Wuruk, Jakpus.
Foto:
1 2
KOMPAS.com — Tahu pong adalah salah satu makanan khas dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Namun, kita nggak perlu jauh-jauh pergi ke Semarang untuk makan tahu ini karena di Jakarta pun ada penjual tahu pong yang enak. Kelezatan tahu pong di Jalan Hayam Wuruk ini sudah lumayan terkenal. Setiap kali melewati Jalan Hayam Wuruk atau seberang Carrefour Duta Merlin, tempat ini tidak pernah sepi, selalu saja ada mobil berderet-deret di depan Tahu Pong Semarang.
Akhirnya, kami coba juga si tahu pong ini, dan kami harus menunggu dulu sekian menit untuk mendapatkan tempat duduk. Menurut tukang parkir di situ, tahu pong ini memang selalu penuh.... Jadi, ya, kami harus rela mengantre sebentar. Tempat pinggiran kaki lima yang lumayan luas, tetapi selalu ramai pengunjung, hebat lho. Bahkan, semakin malam semakin ramai saja di sini. Setelah dapat tempat duduk, kami pun pesan tahu pong gimbal, ayam kalasan, dan soto kudus.
Yang pertama datang adalah soto kudus dan tahu pongnya. Soto kudus ala tahu pong ini berkuah bening dan rasanya segar karena diberi campuran air jeruk nipis. Enak lho, lezat. Nah, sekarang kita coba tahu pongnya, Tahunya gendut-gendut, tetapi begitu dimakan langsung kempes... ha-ha-ha.... Namanya juga tahu pong alias kopong.
Menurut saya, ini enaknya dimakan dalam keadaan panas. Rasa tahunya enak dan lembut dalamnya. Dicelup bumbu kuahnya dulu, ya, supaya lebih mantap rasanya. Bahkan, kalau anda suka lobak, anda bisa menambahkan irisan lobak ke dalam bumbu kuah tahu tadi. Tahu pong di sini ditawarkan dalam paket tahu pong saja, tahu pong gimbal, tahu emplek, tahu pong emplek gimbal, atau mau yang komplit juga bisa, yaitu tahu pong emplek gimbal telur. Gimbal itu mirip seperti bakwan, sedangkan emplek itu tahu yang padat, tidak kosong seperti tahu pong.
Berikutnya adalah ayam kalasan. Rasa ayam kalasannya juga tidak kalah enak dengan tahu pong yang menjadi andalan di sini. Rasa gurih manisnya meresap sampai ke dalam, pas banget deh rasanya. Di sini juga ada lumpia semarang dan bandeng presto. Memang semua yang disajikan khas makanan dari Kota Semarang dan sekitarnya.
Tahu Pong Hayam Wuruk memang mantap sekali rasanya. Sayang sekali, mereka hanya berjualan dari pukul enam sore sampai pukul sepuluh malam. O iya, kami perhatikan juga orang-orang yang makan tahu pong ini, bisa habis sampai 1 porsi untuk  per orang lho, ck-ck-ck... tapi memang enak sih, jadi ya wajar saja, kan. Jadi yang belum pernah mencicipi kelezatan tahu pong dan ayam kalasan Hayam Wuruk ini, cobain deh... nggak akan nyesel. Selain enak, harganya pun sangat terjangkau. (Ita)

Segarnya Soto Ikan Gurame

Editor: I Made Asdhiana
Sabtu, 26 Maret 2011 | 07:36 WIB
Dibaca: 1729
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Pengunjung menikmati soto ikan gurame di rumah makan Ciriung Indah, Jalan Mayor Oking, Ciriung, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3/2011). Soto ikan gurame menjadi menu spesial yang banyak diburu para pelanggan dari sejumlah wilayah di Jabodetabek.
Oleh: Budi Suwarna
Jam makan siang telah tiba. Sekitar 50 orang datang hampir bersamaan ke Warung Ciriung Indah, Cibinong, Jawa Barat. Apa yang mereka incar? Semangkuk soto ikan gurame nan gurih dan segar.
Lia (30), karyawan sebuah perusahaan ban, ada di antara pengunjung warung yang terletak di Jalan Mayor Oking Nomor 123, Cibinong, Bogor, itu. Dia datang bersama tujuh temannya khusus untuk menyantap soto ikan gurame.
Mereka menunggu sekitar 30 menit sebelum pesanan soto ikan datang. Selama menunggu, salah seorang di antara mereka, yang tampak sudah tidak sabar, melongok ke dapur warung. ”Waduh, kok lama ya,” katanya.
Ketika soto ikan itu datang, wajah mereka langsung berseri-seri. Mereka hirup aroma soto berwarna kuning yang harum rempah itu dalam-dalam. Selanjutnya, mereka menyantap dua mangkuk besar soto ikan itu bersama-sama hingga tandas.
”Kami biasanya datang tiga kali seminggu. Soto ikan dan gurame bumbu rujak di sini bikin kami kangen,” ujar Lia, Selasa (1/3/2011) lalu.
Soto ikan gurame menjadi salah satu menu primadona di warung yang terletak sekitar tiga kilometer dari pintu tol Citeureup itu. Rasanya amat segar. Jejak gurih daging gurame, rasa asam, pedas, dan asin kuahnya seolah tertinggal di lidah meski masakan itu telah berpindah ke perut. Seusai menyantap soto ikan, keringat pun bisa langsung bercucuran.
Soto ikan dimasak secara mendadak begitu ada pesanan. Ikan gurame yang digunakan masih segar karena diambil dalam keadaan hidup dari kolam penampungan ikan di belakang dapur. Bumbunya terdiri dari cabai, bawang, serai, kunyit, jahe, dan belimbing wuluh. Harga per mangkuk soto dihitung berdasarkan berat ikan gurame. Satu ons ikan dipatok Rp 8.000. Satu porsi rata-rata 8 ons dan bisa dimakan 3-4 orang.
Menu favorit lain di warung tersebut adalah sop buntut sapi. Pembeli bisa memesan sop buntut sapi goreng atau bakar yang diolah dengan bumbu yang rasanya seperti saus sate. Daging sapi sangat empuk karena dimasak dengan api kecil dalam waktu berjam-jam. Saking empuknya, kita bisa meloloskan daging dari tulang buntut dengan mudah. Satu porsi sop buntut biasa dibandrol Rp 27.500, sop buntut goreng atau bakar Rp 32.500.
Warung lama
Warung penyaji soto ikan gurame ini dikelola Rina (35) bersama mertuanya, Liliana (62). Rina mengatakan, Warung Ciriung Indah didirikan Liliana tahun 1986 ketika Jalan Mayor Oking belum diaspal dan baru satu jalur. Awalnya, Liliana menjual sop buntut, nasi rawon, dan soto ayam. Seiring dengan kian banyaknya jumlah pelanggan, menu di warung tersebut juga ditambah.
Sekitar 15 tahun yang lalu, Liliana mulai membuat soto ikan gurame. Awalnya, almarhum anak pertamanya bercerita tentang soto ikan lezat yang pernah disantapnya di sebuah tempat. Dari situ, Liliana bereksperimen memasak soto ikan gurame. ”Ternyata, soto ikan buatan saya disukai banyak pelanggan dan bertahan sampai sekarang,” kata Liliana, yang masih turun ke dapur untuk mengontrol rasa masakan olahan dua juru masaknya.
Pelanggan Warung Ciriung, lanjut Liliana, berasal dari berbagai kalangan. Dulu, orang-orang Jakarta yang suka bermain golf di Gunung Putri, Bogor, sering mampir ke warungnya untuk menyantap sop buntut. ”Kalau sekarang, pelanggannya lebih banyak karyawan pabrik di sekitar Cibinong dan kesukaan mereka soto ikan,” ujar Liliana.
Di akhir pekan, lanjutnya, rombongan penggemar sepeda yang melintas di kawasan Cibinong juga kerap mampir di warung tersebut. ”Lumayan, meski tidak seramai dulu, warung ini masih tetap bertahan dan punya pelanggan,” kata Liliana.
Rina menambahkan, sejak lalu lintas di Pasar Cibinong dan Pasar Citeureup sering macet, sebagian pelanggan malas mampir ke Warung Ciriung. Mereka lebih senang memesan lewat telepon. ”Kami akan mengantarkan pesanan mereka,” ujar Rina.
Tanpa sengaja, lanjut Rina, warungnya menjalankan sistem penjualan pesan-antar (delivery) sejak setahun yang lalu. Pesanan awalnya hanya datang dari pabrik-pabrik di sekitar Cibinong, belakangan pesanan juga datang dari perusahaan-perusahaan di Jakarta.
”Saya pernah dapat pesanan soto ikan 18 kilogram, belum termasuk kuahnya, dari sebuah kantor di Semanggi, Jakarta. Karena mobil sedang tidak ada, kami mengantarnya dengan naik bus kota,” ujar Rina sambil tertawa.

Ke Purwokerto? Ya, Tempe Mendoan

Editor: I Made Asdhiana
Rabu, 30 Maret 2011 | 09:30 WIB
Dibaca: 2233

YUDI/WWW.DOYANMAKAN.COM Tempe mendoan khas Purwokerto.
KOMPAS.com - Purwokerto adalah kota yang berada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Banyak kuliner enak dan murah, setiap kali lewat ke kota ini, pasti yang pertama di cari adalah makanannya. Di kota ini banyak sekali makanan dan jajanan enak, terkenal dan yang jelas murah. Perkembangan kota Purwokerto sendiri sangat pesat beberapa tahun terakhir dengan banyaknya pusat bisnis baru, juga dengan kulinernya.
Nah kali ini kita mau mampir ke toko yang berjualan jajanan dan oleh-oleh khas Purwokerto, namanya Eco 21, lokasinya di Jalan Jenderal Soetoyo nomor 21 (lebih dikenal daerah Sawangan). Disini terkenal banget dengan kripik tempe dan mendoannya. Tempe kripiknya disini terasa lebih tebal, tapi renyah. Jadi ada 2 macam ukuran kripik tempe, kecil dan besar.
Anda pernah makan tempe mendoan? Tempe asli Purwokerto ini memang agak unik, banyak yang mengira makan tempe yang digoreng setengah matang atau kalau orang jawa bilang mendo (setengah matang) bisa jadi sakit perut.  Proses pembuatan tempe ini dimuali dengan pemilihan biji kedelai lalu dibersihkan dan dibelah jadi dua, lalu diletakkan di atas daun pisang, dalam 1 bungkus biasa terdapat 4 lapis, biji kedelai dalam waktu sekitar 2 hari akan mengeluarkan jamur (proses fragmentasi).
Di Eco 21 beli tempe mendoan juga bisa dipotong kecil, bisa juga besar. Tempe mendoan digoreng dengan tepung ditambah dengan daun bawang dan minyak yang cukup banyak akan lebih enak, pasangan teman makan tempe mendoan adalah sambal kecap atau cabe rawit, kalau di Eco 21 sudah tersedia juga racikan sambal kecapnya.
Makan tempe mendoan yang masih panas dan ditambah sambal kecap rasanya memang mantap. Bagi penggemar tempe mendoan, di Eco 21 bisa beli tempe yang masih belum jadi beserta tepung dan sambal kecapnya khas Eco 21. (Yudi)

Warga AS Berpikir Indonesia Ada di Amerika Selatan

Tribunnews.com - Jumat, 1 April 2011 18:08 WIB
Share on Facebook Share on Twitter  Print Berita Ini   + Text 
Warga AS Berpikir Indonesia Ada di Amerika Selatan
FACEBOOK
Syamsul Arif Galib

Laporan Tribunners, Syamsul Arif Galib* dari Washington State, AS

TRIBUNNEWS.COM- B
eberapa hari yang lalu, bersama dengan beberapa mahasiswa asal Kamerun, Mesir, Jepang dan China, kami mendatangi Northern Heighst Elemantary School, sebuah sekolah dasar di daerah Washington State, Amerika Serikat.

Malam itu didakan kegiatan bertajuk Multicultural Fair dimana kami diminta untuk memperkenalkan tentang negara serta kebudayaan dari negara asal kami di hadapan anak-anak Amerika dan orang tua mereka.

Satu hal yang penulis sadari adalah, sekolah dasar di Amerika begitu berwarna dan multi ras. Siswa SD tersebut tidah hanya anak-anak asli Amerika namun juga anak-anak keturunan Meksiko, China, India, dan juga Timur Tengah.

Hal menarik lainnnya adalah bagaimana melihat tertariknya anak-anak di sana saat melihat baju kebaya, replika becak, dompet yang terbuat dari kain sutra ataupun gambar anak-anak Indonesia yang sedang mandi di sungai.

Penulis juga sempat menemukan orang tua siswa yang berpikir bahwa Indonesia itu terletak di daerah bagian Amerika Selatan. Serta 90 persen anak-anak yang tidak tahu apa itu Indonesia. Hal ini mengindikasikan kalau sesungguhnya Indonesia belumlah begitu terkenal di mata dunia. Dan mitos bahwa Bali lebih terkenal dibanding Indonesia itupun benar adanya.

*Syamsul Arif Galib Adalah mahasiswa dari Everett Community College, Everett, Washington State


source : http://www.tribunnews.com/2011/04/01/warga-as-berpikir-indonesia-ada-di-amerika-selatan

Jelajahi Indonesia - Nusantara

Jawa Barat

Keterangan

Jawa Barat













Inilah Tanah Sunda yang mempesona, terbentang dari Selat Sunda di barat sampai ke perbatasan Jawa Tengah di bagian timur. Wilayah Jawa Barat bergunung-gunung dan berbukit-bukit hijau, dimana satu puncak gunung berapi dan bukit-bukit sekitarnya memeluk hangat ibu kotanya, Bandung. Sejarah Jawa Barat adalah sejarah perdagangan, rempah-rempah, dan kerajaan Padjadjaran yang terus diteliti hingga saat ini oleh para sejarawan dan arkeolog.
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan pemandangan yang indah untuk Anda kunjungi. Provinsi ini juga menyimpan berbagai potensi menyangkut sumber daya air, pemanfaatan lahan, hutan, pesisir dan laut, serta sumber daya perekonomian masyarakatnya. Wilayah Jawa Barat adalah lokasi yang tepat untuk Anda melakukan beragam jenis wisata, baik itu wisata alam, belanja dan rekreasi, kuliner, ataupun budaya.
Ciri utama daratan Jawa Barat bergunung dan berlembah yang merupakan bagian dari busur kepulauan gunung api aktif dan tidak aktif yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatra hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratannya dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah dataran luas di utara dengan ketinggian 0.10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
Iklim di Jawa Barat adalah tropis dengan suhu 9° C di Puncak Gunung Pangrango dan 34° C di pesisir  utara. Curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, walau di beberapa daerah pegunungan berkisar antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.

Sejarah

Kehidupan komunal nenek moyang masyarakat Sunda pertama menurut naskah Pangeran Wangsakerta dimulai di pesisir barat ujung Pulau Jawa, yaitu pesisir Pandeglang. Daerah pesisir ini jauh sebelum berbentuk kerajaan dikenal sebagai kota perdagangan dan persinggahan para saudagar dari Arab, India dan China. Masyarakatnya menganut sistem religi Pitarapuja, yaitu pemuja roh leluhur, dengan bukti terdapat sejumlah menhir yang ditemukan.
Salakanagara di dalam naskah Wangsakerta disebut-sebut sebagai kerajaan awal di Indonesia yang berlokasi di Jawa Barat bagian barat. Salakanagara didirikan tahun 130 M, dengan raja pertamanya Dewawarman. Salakanagara dalam sejarah Sunda disebut juga Rajatapura. Salaka diartikan perak, sedangkan nagara berarti kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota Perak atau Argyre seperti yang dikatakan Ptolomeus dalam buku “Geographike Hypergesis”, ditulis ± tahun 150 M menjelaskan keberadaan Salakanagara (yang berarti “Kota Perak” atau disebut juga Rajatapura) berlokasi di daerah Teluk Lada Pandeglang.
Berikutnya abad ke-4 dikenal keberadaan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Tujuh batu tulis yang ditulis dalam huruf Wengi (digunakan pada periode India Pallava) dan dalam bahasa Sansekerta menjelaskan raja-raja yang ada di Tarumanegara. Tarumanegara bertahan hingga abad ke-6. Berikutnya Kerajaan Sunda menjadi kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat seperti ditemukan dalam prasasti Kebon Kopi II (932 M).
Seorang ulama terkenal dari Banten Girang yaitu Sunan Gunung Jati tinggal di wilayah Kerajan Sunda dan berniat menyebarkan agama Islam di wilayah ini. Sementara itu, Sultan Demak dari Jawa Tengah juga mengancam Kerajaan Sunda. Untuk mempertahankan diri, Prabu Surawisesa Jaya Perkosa menandatangani Perjanjian Sunda Luso dengan Portugis tahun 1512 sehingga Portugis kemudian membangun benteng dan gudang. Perjanjian ini ditandai penempatan monument batu Padrao di tepi sungai Ciliwung tahun 1522.
Meski perjanjian dengan Portugis telah dilakukan, namun pelabuhan Sunda Kalapa tetap jatuh di bawah aliansi Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon tahun 1524 yang dipimpin Faletehan. Tahun 1525 Sunan Gunung Jati juga berhasil merebut pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi dengan Kesultanan Demak. Perang Kerajaan Sunda melawan kesultanan Demak dan Cirebon kemudian dilanjutkan selama lima tahun hingga kesepakatan damai dibuat tahun 1531 antara Raja Surawisesa dan Sunan Gunung Jati. Dari 1567-1579, di bawah raja terakhirnya yaitu Raja mulya bergelar Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda semakin merosot karena tekanan Kesultanan Banten. Setelah 1576, kerajaan itu tidak dapat mempertahankan ibukotanya di Pakuan Pajajaran (Bogor saat ini). Secara bertahap Kesultanan Banten mengambil alih wilayah kerajaan Sunda dan Kesultanan Mataram dari Jawa Tengah juga mengambil alih wilayah Priangan bagian tenggara.
Abad ke-6, perusahaan dagang Belanda dan Inggris melabuhkan kapal-kapal dagang mereka di Jawa Barat setelah runtuhnya Kesultanan Banten. Tiga ratus tahun selanjutnya, Jawa Barat secara utuh berada di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Setelah kemerdekaan, Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950. Selama lebih kurang 50 tahun sejak pembentukannya, wilayah Kabupaten dan kota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968); Kota Tangerang (1993); Kota Bekasi (1996); Kota Cilegon dan Kota Depok (1999). Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, maupun kemasyarakatan. Berikutnya tanggal 17 Oktober 2000 sebagai upaya desentralisasi politik nasional maka Banten berpisah dari Jawa Barat dan membuat provinsi baru. 

Transportasi

Transportasi udara, darat, dan laut telah membuka provinsi-provinsi dan bahkan negara-negara tetangga ke Jawa Barat. Berbagai infrastruktur penerbangan, perjalanan darat, dan pelabuhan, telah dibangun dengan kualitas dan jumlah yang memadai. Pemerintah daerah di Jawa Barat menghadapi tantangan besar dalam menangani sarana dan prasarana transportasi bagi masyarkatnya yang berkembang pesat karena Jawa Barat, menurut sensus penduduk 2010, disebut sebagai provinsi terpadat di Indonesia.
Bandar udara, jalan bebas hambatan dan jalan umum provinsi hingga jalan desa, serta rel kereta api dan pelabuhan laut merupakan tempat-tempat sibuk dalam kesehariannya. Dengan kereta api, Anda terhubung mudah dengan provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pelabuhan laut terdapat di Cirebon dan juga menghubungkan banyak provinsi di Indonesia. Jika Anda ingin menggunakan transportasi udara maka beberapa maskapai penerbangan domestik terbang ke Bandung setiap harinya. Banyak juga bus dari Jawa Tengah dan Jakarta menuju Terminal Bus Leuwi Panjang di Bandung. Beberapa kereta api beroperasi dari Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya ke Bandung, atau Anda juga dapat menggunakan mobil sewaan dari kota-kota terdekat Bandung.

Masyarakat dan Budaya

Masyarakat Jawa Barat di kenal sebagai masyarakat agamis dengan kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai luhur tradisional. Mereka juga memiliki prilaku sosial yang berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan, dan saling mengasuh diantara warga masyarakat.
Masyarakat Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “ulah unggut kalinduan, ulah gedag kaanginan” yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta keserasian antara hati nurani dan rasionalitas. Juga dalam pepatah “sing katepi ku ati sing kahontal ku akal”, yang berarti sebelum bertindak tetapkan dulu dalam hati dan pikiran secara seksama. Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada pepatah; “Herang Caina beunang laukna” yang berarti menyelesikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan.
Jawa Barat d lihat dari aspek sumber daya manusia memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan sebagai provinsi yang mempunyai proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan, jumlah lulusan strata 1, strata 2 dan strata 3, terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain.

Kuliner

Banyak orang datang ke Jawa Barat untuk berwista kuliner. Mulai dari berbagai macam makanan yang di jual di pinggir jalan sampai makanan mewah di restoran mewah atau kafe. Setiap wisatawan dapat menemukan makanan dan membawanya sebagai oleh-oleh dari beberapa kota di Jawa Barat terutama Bandung.
Untuk mengetahui informasi lebih banyak Anda dapat melihat Panduan Kuliner Bandung

Kantor Pariwisata

Kantor Pariwisata Provinsi Jawa Barat
Jl. R.E. Martadinata No. 209, Bandung 40114
Tlp (62-22) 7271385, 7273209 Fax. (62-22) 7271385
Website http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/
Kantor Perum Perhutani: http://www.tourismwestjava.com/

source :  http://www.indonesia.travel/id/discover-indonesia/region-detail/31/jawa-barat

Jelajahi Indonesia - Nusantara

Sumatera Barat

Keterangan

Sumatera Barat berada di bagian barat tengah pulau Sumatera, memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan yang membentang dari barat laut ke tenggara. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.
Sumatera Barat merupakan tempat yang tepat untuk Anda berpetualang hingga ke daerah pedalaman, mulai dari alam bebas, satwa liar, pulau, pantai, hingga hutan hujan tropis. Itu karena inilah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan keindahan alam.
Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka masih dapat dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldi, harimau Sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis kupu-kupu dan burung. Hutan-hutannya dihuni hewan seperti gajah, harimau, macan tutul dan badak.
Di Sumatera Barat juga ada dua Taman Nasional, yaitu Taman Nasional Siberut  terletak di Pulau Siberut dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman Nasional yang disebutkan terakhir wilayahnya terbentang dari empat propinsi, yakni Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, hingga Sumatera Selatan. Selain dua Taman Nasional tersebut masih ada beberapa cagar alam, seperti; Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Lembah Harau, Taman Raya Bung Hatta, dan Cagar Alam Beringin Sakti.  
Wisata alam di Sumatera Barat yang memiliki daya tarik tinggi seperti Ngarai Sianok di Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Singkarak, air terjun di Lembah Anai, Ambun Pagi, pantai Carolina, pantai Bumpus, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS); dan gunung berapi di Singgalam.
Di Sumatera Barat juga banyak ditemukan peninggalan zaman prasejarah di Kabupaten 50 Koto, di daerah Solok Selatan dan daerah Taram. Sisa-sisa peninggalan tradisi barn besar ini berwujud dalam berbagai bentuk seperti: bentuk barn dakon, barn besar berukir, barn besar berlubang, barn rundell, kubur barn, dan barn altar, namun bentuk yang paling dominan adalah bentuk menhir. Peninggalan zaman prasejarah lainnya yang juga ditemukan adalah gua-gua alam yang dijadikan sebagai tempat hunian.
Sementara itu wisata budaya yang dapat Anda nikmati antara lain kebudayaan minang di Padang Panjang, Jam Gadang, Istana Pagaruyung, dan wisata sejarah yang antara lain berupa gua Jepang di Agam dan Istana Kerajaan Pagarujung di Batusangkar.
Mayoritas penduduknya adalah suku Minangkabau. Awalnya berasal dari dua suku utama, yaitu Koto Piliang yang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago dirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang. Kemudian dua suku itu berkembang pesat menjadi beberapa suku baru seperti; Tanjuang, Chaniago, Koto, Piliang, Guci, Simabur, Sikumbang, Jambak, dan Malayu. Ada pula suku Batak Mandailing, seperti marga Lubis dan Nasution tinggal di daerah Pasaman, dan suku Mentawai di Kepulauan Mentawai.   
Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem matrilineal yang menempatkan ibu sebagai kepala keluarga. Wanita yang memiliki harta dan pria yang meninggalkan rumah untuk mencari uang. Pria suku Minang dianggap sukses jika dia pergi mengembara. Selain itu, restoran Padang dapat kita temukan di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Orang Minang terkenal ramah dan bijak, mereka berbicara dalam bahasa Minang dengan gaya bahasa yang puitis.
Masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam sejak berabad-abad yang lalu dan mayoritas penduduknya hingga hari ini adalah Muslim. Namun, beberapa hukum adatnya lebih diprioritaskan dibandingkan dengan hukum Islam. Orang Minang menyukai makanan pedas dan berbumbu.

Transportasi

Bandara Tabing Padang adalah gerbang utama menuju Sumatera Barat dimana terdapat maskapai Merpati Nusantara Airlines. Kapal PELNI “Kerinci” berlayar setiap dua minggu dari Jakarta ke Pelabuhan Teluk Bayur. Kapal yang lebih kecil dari Pelabuhan Muara berlayar ke kota-kota kecil di sepanjang pantai barat Sumatera. Bus dapat digunakan menuju Padang, Bukittinggi dan kota lain di Sumatera.

Kantor Pariwisata

Sumatera Barat : Jl. Khatib Sulaiman 7 Padang, Telp. (62-751) 7055711, 446282, Fax. 7055183
Pulau Mentawai : Jl. Raya Tuapejat km 4, Telp. (62-759) 320042

Blog Archive