Visit My Awesome Photo's Galleries Other World's, Click Here to see!

Search This Blog

Tuesday, March 8, 2011

Medan magnet Matahari mirip tenunan yang rumit

Oleh Gloria Samantha  | Rabu, 9 Februari 2011 | antariksa


Medan magnet Matahari mirip tenunan yang rumit

NASA
Selama ini dari Bumi, Matahari kelihatan seperti suatu bola kuning raksasa yang amat menyilaukan. Sampai saat ini juga, foto-foto sang surya yang diambil satelit luar angkasa masih dua dimensi.

Tapi, pada 6 Februari lalu, satelit Solar Terrestrial Relations Observatory (STEREO) milik NASA berhasil mengambil gambar Matahari secara tiga dimensi. STEREO dikirim ke dua posisi Matahari yang berlawanan, kemudian masing-masing mengambil foto dan kedua gambar itu lalu disatukan.

"STEREO menguak wajah fisik asli Matahari, bola plasma panas yang berpijar, dengan medan magnet mirip tenunan rumit," ujar Angelos Vourlidas, ilmuwan STEREO di Laboratorium Angkatan Laut, Washington, seperti dimuat situs NASA.

Dengan mendapatkan gambaran utuh Matahari, diyakini akan dapat berperan dalam memantau cuaca di Bumi serta akan memajukan dinamika observasi para ahli terhadap Matahari. Misi mengambil gambar Matahari secara tiga dimensi ini memang telah dirintis sejak 2007.

STEREO yang dibangun dan didesain oleh para ilmuwan dari sejumlah negara seperti AS, Inggris, Prancis, Jerman, Belgia, Belanda, dan Swiss ini pada tahun 2009, berhasil pula mengambil gambar struktur letusan di korona Matahari (coronal mass ejections) yang diyakini bisa berakibat negatif bagi Bumi.

Sementara ilmuwan Laboratorium Rutherford Appleton, Oxfordshire, Richard Harrison, menuturkan pada The Guardian bahwa hasil gambar STEREO akan mengubah persepsi orang terhadap Matahari.

"Matahari, tidak seperti banyak dikira orang, sangat kompleks cara kerjanya," katanya.

(Sumber: Telegraph, The Guardian)

(source : http://nationalgeographic.co.id)

Lebah Penyerbuk dan Kisah dibalik itu...? Hmm.

Kisah Para Penyerbuk

Merekalah penyerbuk di bumi ini. Bentuk dan ukurannya beraneka ragam, lebih dari 200.000 macam.
Oleh JENNIFER S. HOLLAND
Foto oleh MARK W. MOFFETT
Tumbuhan tomat berdiri berbaris-baris di dalam rumah kaca di Willcox, Arizona. Tangkai hijau mencuat dari balok serat kelapa, menggapai langit panel kaca. Teknisi berjas lab di mobil listrik yang ditinggikan memepat tanaman itu dengan cermat.

Eurofresh Farms memanen sekitar 60 kilogram tomat per tahun dari tanaman yang sempurna ini, dipelihara di 125 hektare dalam gedung-gedung yang dilengkapi dengan berkilo-kilometer pipa untuk mengangkut air dan jaringan kawat besi di atas untuk menangkap sulur yang merambat. Buahnya yang mulai ranum agak berbau seperti buah tiruan, hanya harum tanpa bau tanah.

Namun, di sini juga ada kehadiran sesuatu yang alami. Kehadirannya terungkap sebagai dengung rendah yang menetap jauh di dalam telinga: seribu lebah yang bekerja keras.

Untuk bereproduksi, sebagian besar tumbuhan berbunga bergantung pada pihak ketiga untuk memindahkan serbuk sari di antara bagian jantan dan betinanya. Beberapa tumbuhan perlu dibujuk ekstra untuk melepaskan serbuk keemasan itu. Misalnya, bunga tomat perlu diguncang keras-keras, getaran yang kira-kira setara dengan 30 kali tarikan gravitasi bumi, demikian penjelasan ahli entomologi Arizona, Stephen Buchmann, koordinator internasional di Pollinator Partnership. “Skalanya berbeda,” katanya, “tapi ingat bahwa pilot jet tempur biasanya pingsan setelah mengalami empat sampai 6 g selama setengah menit.” Petani telah mencoba banyak cara untuk mengguncangkan serbuk sari dari bunga tomat. Mereka pernah menggunakan meja pengguncang, peniup udara, ledakan bunyi, dan penggetar yang diterapkan secara manual dengan susah payah pada setiap kelompok kembang. Tetapi, alat pilihan di rumah-rumah kaca masa kini? Lebah saja. Jika diberi akses ke bunga tomat, lebah bertengger dan bergetar keras sambil makan, melepaskan awan serbuk yang mendarat di kepala putik tumbuhan itu (ujung anatomi betina) dan juga menempel pada tubuh lebah yang berbulu. Dia lalu mengangkut partikel-partikel itu ke kembang berikutnya. Ini disebut penyerbukan lebah, dan sangat efektif.

Memang tidak mengherankan bahwa desain alamlah yang paling piawai melaksanakan tugas ini. Namun, yang menakjubkan adalah ragam pekerja yang melakukannya: Lebih dari 200.000 spesies hewan, dengan berbagai strategi, membantu bunga membuat bunga lagi. Lalat dan kumbang adalah penyerbuk pertama, sejak tumbuhan berbunga pertama muncul 130 juta tahun yang lalu. Soal lebah sendiri, ilmuwan telah mengenali sekitar 20.000 spesies sejauh ini, dan sekitar seperlimanya menyerbuki bunga di Amerika Serikat. Burung kolibri, kupu-kupu, rama-rama, tawon, dan semut juga mampu melakukannya. Keong dan lintah melumurkan serbuk sari saat merayap di atas kumpulan bunga. Nyamuk membawa serbuk sari untuk kumpulan anggrek, dan kelelawar, dengan aneka moncong dan lidah yang beradaptasi untuk makan dari beragam bentuk kembang, mengangkut serbuk sari untuk lebih dari 500 tumbuhan di seluruh dunia.

Mamalia nonterbang pun turut serta, opossum yang penyuka gula, beberapa monyet hutan tropis, dan lemur di Madagaskar, semuanya bertangan lincah yang merobek tangkai bunga hingga terbuka dan berbulu lebat yang ditempeli serbuk sari. Yang paling mengejutkan, beberapa kadal, seperti tokek dan bengkarung, menjilat nektar dan serbuk sari lalu membawanya pada muka dan kaki saat mereka melanjutkan mencari makan.

Tumbuhan berbunga—ada lebih dari 240.000 spesies—berevolusi seiring dengan penyerbuknya, menggunakan wangi dan warna cerah untuk menggoda dengan janji makanan. Mahkota bunga, seperti sistem transportasi hewan, sangat beraneka ragam, dari tabung dan kantong hingga kelopak, sikat, dan duri. Jika hewan dan bagian tumbuhan yang tepat dicocokkan—lidah panjang masuk ke tabung sempit, muka berbulu menempel pada sikat lengket—serbuk sari pun tersebar. Sayangnya, keragaman yang merepotkan ini tidak cocok untuk tanaman tunggal dan panen raksasa milik petani komersial modern. Sebelum perkebunan menjadi sebesar sekarang, kata ahli biologi pelestarian Claire Kremen dari University of California, Berkeley, “kita tidak perlu mengelola penyerbuk. Mereka ada di mana-mana karena lanskap juga beragam. Sekarang kita perlu mendatangkan pasukan untuk melakukan penyerbukan.”

Lebah madu Eropa, yang pertama kali diimpor ke koloni Amerika sekitar 400 tahun silam, adalah penyerbuk domestikasi utama di A.S. sejak orang mulai mengangkut lebah di jalan raya pada 19050-an. Kini sekurang-kurangnya seratus tanaman komersial di A.S. bergantung hampir sepenuhnya pada lebah kelolaan, yang dipelihara peternak lebah dan disewakan untuk menangani perkebunan besar. Dan meskipun spesies lebah lain—lebah Osmia, misalnya—lima hingga sepuluh kali lebih efisien per ekornya dalam menyerbuki buah-buah tertentu, lebah madu memiliki koloni lebih besar (30.000 ekor atau lebih per sarang), mencari makan lebih jauh, dan lebih menoleransi pengelolaan dan pemindahan daripada sebagian besar serangga. Mereka tidak pemilih—mereka menyerbuki hampir semua tanaman. Sulit menghitung nilai kerja mereka sesungguhnya; sebagian ahli ekonomi memperkirakan lebih dari $200 miliar per tahun secara global.

Namun, perkebunan berskala industri mungkin melemahkan sistem ini perlahan-lahan. Lebah madu telah terkena banyak penyakit dan serangan parasit sepanjang sejarah pengelolaannya, tetapi pada tahun 2006 terjadi pukulan yang berat. Di A.S. dan negara-negara lain, lebah mulai menghilang dalam jumlah besar saat musim dingin. Saat mengangkat tutup sarang, peternak lebah hanya menemukan ratu lebah dan beberapa ekor yang tertinggal, sementara lebah pekerjanya hilang. Di A.S., sepertiga hingga setengah dari semua sarang hancur; beberapa peternak lebah melaporkan kehilangan koloni hampir 90 persen. Biang keroknya yang misterius ini dinamai colony collapse disorder (CCD), dan masih merupakan ancaman tahunan—dan teka-teki.

Saat CCD pertama menyerang, banyak orang, dari ahli agronomi hingga masyarakat, berasumsi bahwa ini gara-gara pemakaian zat kimia di tanah perkebunan. Memang, kata Jeff Pettis dari USDA Bee Research Laboratory, “kami menemukan lebih banyak penyakit pada lebah yang terpapar pada pestisida, bahkan pada tingkat rendah.” Tetapi, kemungkinan besar CCD melibatkan beberapa pemicu. Gizi yang buruk dan pemaparan zat kimia, misalnya, mungkin menurunkan kekebalan tubuh lebah sebelum virus menghabiskan nyawanya. Sulit memisah-misahkan faktor dan hasil, kata Pettis. Kajian baru mengungkapkan bahwa fungisida—yang sebelumnya dianggap tidak beracun bagi lebah—dapat mengganggu mikrob yang menguraikan serbuk sari di dalam perut lebah, memengaruhi penyerapan gizi dan karenanya kesehatan jangka panjang dan masa hidupnya. Beberapa temuan menunjuk patogen virus dan fungi yang bekerja sama (lihat kotak, kiri). “Andai saja hanya satu agen yang menyebabkan semua penurunan ini,” kata Pettis. “Itu tentu sangat mempermudah penelitian kami.” Sementara lebah kelolaan terkena dampak negatif, demikian pula penyerbuk liar, yang pekerjaannya menyerbuki tanaman A.S. bernilai sekitar tiga miliar dolar per tahun. Beberapa spesies lebah penting kini jarang terlihat, sementara yang lain kian langka. Namun, beberapa kumpulan penyerbuk asli, yang tidak terlihat dan dinilai setinggi lebah madu yang mahal, telah dipantau dalam jangka panjang.

Sekarang harus bagaimana? Beri penyerbuk itu lebih banyak hal yang dibutuhkannya dan lebih sedikit hal yang tidak dibutuhkannya, dan kurangi beban pada lebah kelolaan dengan membiarkan hewan asli turut bekerja, kata ilmuwan. Pengurangan ketergantungan pada zat kimia dalam pertanian termasuk solusinya, kata Buchmann, karena semua hewan perlu sistem kekebalan tubuhnya berfungsi dengan baik untuk melawan patogen di lingkungannya.

Sementara itu, hilangnya dan berubahnya habitat, katanya, lebih berbahaya bagi penyerbuk daripada patogen. Claire Kremen mendorong petani membudidayakan tumbuhan di sekitar lahan pertanian untuk membantu memecahkan masalah habitat. “Perkebunan tidak bisa dipindahkan,” katanya, “tapi tumbuhan yang tumbuh di sekelilingnya dapat dibuat lebih beragam: di sepanjang jalan, bahkan di lapangan traktor.” Menanam pagar tanaman dan bunga asli yang mekar pada waktu yang berbeda-beda, serta menanam benih di ladang dengan beberapa spesies tanaman, alih-alih tanaman tunggal "tidak hanya lebih baik bagi penyerbuk asli, tetapi juga merupakan praktik pertanian yang baik," katanya.

Buchmann menambahkan, perlindungan bunga liar tanpa pestisida juga akan mendorong pertumbuhan populasi serangga yang bermanfaat, seperti lebah Osmia lignaria—penyerbuk kenari yang sangat efektif di California. Kumbang lilin asli di Wisconsin tidak terlalu terganggu soal cuaca yang dingin dan basah seperti lebah madu. Jadi, jika lanskap dikelola demi kepentingan mereka, pada awal musim semi akan ada lebih banyak lebah di perkebunan. Di kota yang paling ramai pun, penyerbuk dapat dimanjakan dengan sedikit kreativitas. Kajian baru-baru ini menunjukkan bahwa lebah di luar pertanian memiliki pola makanan yang lebih beragam dan lebih sehat daripada yang hidup di pertanian tanaman komersial. Sarang lebah di atap di Kota New York membantu taman kota dan dedaunan di Central Park tumbuh rimbun. Dan ahli ekologi ini kini mengubah sebagian tanah yang dulunya merupakan timbunan tanah 890 hektare di Pulau Staten menjadi padang rumput berbunga untuk menyediakan gula bagi penyerbuk asli.

Perhitungannya cukup sederhana. Jika ada habitat, mereka pasti datang. Untungnya juga, “tumbuhan generalis jauh lebih banyak dari tumbuhan spesialis, jadi ada banyak redundansi dalam penyerbukan,” kata Buchmann. “Sekalipun ada satu penyerbuk yang mogok, biasanya masih ada pengganti yang cukup baik untuk mengambil alih tugasnya.” Kunci untuk menjaga agar kebun kita terus berlimpah, katanya, adalah dengan membiarkan keragaman.

Jika keragaman itu disingkirkan, kita akan kehilangan lebih dari madu. Banyak tumbuhan berbunga akan hilang, beserta buah apel, persik, pir, dan berbagai tanaman lain. Tanpa penyerbuk, tak akan ada raspberry, blueberry, atau bahkan susu untuk serealia (sapi makan alfalfa dan semanggi yang diserbuki lebah). Tak ada kopi atau cokelat. Tak ada canola atau tanaman bahan bakar hayati. Tak ada lagi semangka musim panas atau labu Halloween. Petani kenari di A.S., yang menyediakan 80 persen buah ini di dunia, mempekerjakan sepertiga atau lebih sarang lebah komersial di negara itu pada musim tumbuh—pertunjukan lebah yang disebut sebagai peristiwa penyerbukan terbesar di bumi. Itu juga akan menghilang.

“Kita tak akan kelaparan,” kata Kremen. Namun, tanpa burung dan lebah (serta kelelawar dan kupu-kupu), makanan kita, dan bahkan pakaian kita—kan penyerbuk juga terlibat dalam produksi kapas dan rami—akan terbatas pada tanaman yang serbuk sarinya tersebar dengan cara lain. “Boleh dibilang,” katanya, “hidup kita akan didikte oleh angin.”

(source : http://nationalgeographic.co.id)

Lorong Ekstrem

Terowongan Ekstrem Alpen  
Terowongan Ekstrem Alpen
Dua kilometer nun di bawah Pegunungan Alpen, para pekerja berpacu menembus terowongan kereta terpanjang dan terdalam di dunia.

Edisi: Maret 2011Lorong Ekstrem

Dua kilometer nun di bawah Pegunungan Alpen, para pekerja berpacu menembus terowongan kereta terpanjang dan terdalam di dunia
Oleh ROFF SMITH
Foto oleh BERTHOLD STEINHILBER
Ketika sejarawan Wales, Adam dari Usk, naik pedati kerbau menyeberangi Celah Gotthard yang liar dan terpencil di Swiss dalam perjalanan ke Roma pada 1402, dia begitu ketakutan sampai-sampai meminta pemandu menutup matanya dengan kain supaya dia tidak perlu melihat jalan. Dia bukan satu-satunya orang yang melewati Alpen yang mengangankan ada jalan lain. Selama ribuan tahun, pegunungan itu merupakan rintangan besar bagi perjalanan dan perdagangan di Eropa. Untuk menyeberanginya, orang harus menempuh perjalanan berkepanjangan yang biasanya berbahaya, atau setidaknya tanjakan yang berat.

Namun, sebentar lagi itu berubah. Selama sembilan tahun ini, pasukan pembuat terowongan membanting tulang jauh di dalam inti granit yang keras di pegunungan raksasa bernama Pegunungan Gotthard, membangun terowongan kereta api yang terpanjang dan terdalam di dunia.

Oktober lalu para penambang yang menggali terowongan ke utara dari negara bagian Ticino yang berbahasa Italia bertemu dengan rekan-rekan mereka yang menggali ke selatan dari Sedrun yang berbahasa Jerman, mengakhiri tahap penggalian satu lorong dari terowongan berlorong dua ini—saat bersejarah yang disiarkan televisi secara langsung di Swiss TV dan disiarkan di seluruh Eropa. Terobosan akhir di lorong satunya diharapkan terjadi pada bulan April.

Dengan panjang 57 kilometer, Terowongan Dasar Gotthard dengan mudah mengalahkan Terowongan Channel yang sepanjang 50 kilometer antara Inggris dan Prancis dan pemegang rekor saat ini, Terowongan Seikan sepanjang 54 kilometer di Jepang. Terowongan ini juga unik dalam bidang rekayasa. Sementara kedua pesaing terdekatnya membentang di bawah perairan yang relatif dangkal, Terowongan Gotthard menembus batuan dasar yang rumit di pegunungan raksasa yang berlipat-lipat. Belum pernah ada yang membuat terowongan begitu jauh ke dalam gunung, atau menimbulkan efek perubahan begitu dahsyat
Saat dibuka kelak pada 2017, terowongan itu akan menjadikan Swiss, dalam hal berkereta api, sedatar Belanda. Kereta penumpang kecepatan tinggi dari Zurich akan berpacu ke selatan di rel yang hampir datar sampai ke Milan, melaju di tengah pedesaan Swiss dengan kecepatan 250 km/j, melesat masuk di sisi gunung dan muncul di sisi seberang beberapa menit kemudian. Seolah-olah Pegunungan Alpen tidak ada. Waktu perjalanan antarkota akan turun dari hampir empat jam menjadi dua setengah jam lebih sedikit—lebih cepat dan lebih lurus daripada naik pesawat.

Namun, bangsa Swiss mengeluarkan $10 triliun untuk membangun terowongan ini bukan untuk mengalahkan maskapai penerbangan: mereka melakukannya untuk mengalihkan angkutan barang, dan membatasi lonjakan jumlah truk yang menyumbat jalan tol dan menggemuruh di halaman belakang Alpen mereka yang rapuh.

Lalu lintas truk tumbuh secara eksponensial di Eropa baru yang mulus tanpa perbatasan, terutama di Pegunungan Alpen, yang melintasi daerah-daerah ekonomi yang tumbuh cepat di Jerman selatan dan daerah utara industri Italia.  Swiss yang tenang, netral, dan biasanya berjarak telah menjadi salah satu persimpangan jalur truk utama. Lebih dari sejuta truk per tahun melintasi celah-celah gunungnya melalui jalan raya gunung yang berkelok dan melalui terowongan jalan Alpen yang terutama dirancang untuk lalu lintas liburan pada 1960-an.

Swiss memutuskan bahwa solusinya adalah meningkatkan kapasitas rel kereta api untuk menangani angkutan barang. Dan cara paling tepat untuk itu adalah menyingkirkan pegunungan dan celah-celahnya yang terkenal itu dari lalu lintas barang—membentangkan rel langsung menembus dasar pegunungan dan keluar di sisi seberang. Jika tidak perlu mendaki tanjakan, kereta dapat mengangkut muatan dua kali lebih berat dan melaju dua kali lebih cepat daripada kereta api di rel Alpen lama. Terowongan Gotthard saja akan mampu menangani 40 juta ton kargo per tahun. Terowongan ini mengawali perjalanannya di bawah celah gunung setinggi 2.108 meter di desa Erstfeld yang sepi, menukik ke dalam lereng bukit melalui gerbang beton kembar. Terowongan ini baru keluar lagi di Bodio, yang berjarak lebih dari 57 kilometer, setelah menembus salah satu pembelah besar Eropa itu. Warga setempat berbahasa Jerman saat kita masuk ke terowongan, berbahasa Italia saat kita keluar. Saat desa Erstfeld yang sepi diguyur hujan, mungkin di Bodio hari malah cerah, dan sebaliknya.

Terowongan ini menghindari puncak-puncak tertinggi (dan terberat). Jalurnya yang berkelok mencari bagian batuan yang paling memudahkan, dan mengitari potensi kerumitan air tanah dengan danau-danau yang bertebaran di permukaan sekitar 2 kilometer di atasnya. Lima tahun dan $115 juta franc Swiss dihabiskan untuk kerja lapangan, pengeboran, sampel tanah, dan survei pengindraan jauh untuk memetakan seluk-beluk pegunungan itu dengan akurasi hingga sekitar sepuluh meter.
Tak ada yang kecil soal proyek Gotthard.

Dalam pembangunan terowongan ini, buruh menggali 25 juta ton batu, cukup untuk mengisi kereta barang yang merentang dari Zurich ke New York atau kalau mau, membangun lima replika Piramida Besar dengan ukuran sesuai aslinya. Sebagian batuan sisa akan dibuang di Danau Lucerne untuk membuat daerah sarang lepas pantai untuk burung. Batuan yang lebih bagus mutunya akan digiling untuk beton yang melapisi terowongan. Secara keseluruhan, sekitar 150 kilometer terowongan akan digali dan dilapisi—dua lorong utama, masing-masing 57 kilometer, ditambah berkilometer-kilometer sumuran akses, jalan darurat, saluran ventilasi, titik silang, supaya kereta dapat berpindah lorong saat rel perlu diperbaiki atau dirawat.

Sesuai dengan besarnya pekerjaan ini, mesin-mesin yang melakukan sebagian besar beban kerja juga berukuran raksasa. Mesin merayap raksasa yang dijuluki "Cacing," yang memasang lapisan beton dan meletakkan pipa drainase, panjangnya hampir 600 meter. Ada pula yang panjangnya hanya 400 meter, tapi jauh lebih kuat, yaitu keempat Tunnel Boring Machine (Mesin Pengebor Terowongan) yang berdiameter 10 meter—TBM dalam bahasa terowongan. Pada hari biasa, setiap raksasa 2700 ton ini mencungkil 20-25 meter batuan padat, mengamankan terowongan yang baru digali itu dengan baut,  beton semprot, dan kawat baja. Setiap hari mesin-mesin itu melahap listrik yang besarnya cukup untuk mendayai 5000 rumah pinggiran kota rata-rata. Seperti kapal laut, mesin ini diberi nama: Sissi, Heidi, Gabi 1, dan Gabi 2.
Nama perempuan ini, serta beberapa altar untuk St. Barbara, santa pelindung kaum penambang, mencerminkan sisi kewanitaan manusia di bawah sini. Di antara 2000 penambang yang bekerja di Terowongan Dasar Gotthard, tak seorang pun perempuan. Sepanjang tahun-tahun pengerjaan, bagian-bagiannya tersambung satu demi satu, dengan presisi yang luar biasa. Saat Gabi 1, yang menggali ke selatan dari Erstfeld, sampai ke  Amsteg pada bulan Juni 2009, penyimpangannya hanya lima milimeter.

Pembangun terowongan zaman sekarang ini mengikuti sejarah panjang prestasi rekayasa Swiss di Pegunungan Gotthard. Dulu pada abad ke-13, tukang batu abad pertengahan berhasil membangun jembatan melengkung di atas Jurang Schöllenen yang menggentarkan, yang menjaga jalan ke celah itu, dan dengan itu membuka jalur perdagangan yang menguntungkan ke Lombardy.

Generasi-generasi selanjutnya datang untuk berwisata. Pada awal 1800-an, jalan itu sudah harus diperlebar dan jembatan yang lebih kokoh dibangun untuk memenuhi kebutuhan perdagangan kereta kuda dalam wisata Grand Tour. Pujangga William Wordsworth, yang melewatinya dalam perjalanan ke Italia pada 1820, mengeluhkan "para bedebah serampangan yang tak bertuhan dan tak berhati, yang merusak tengaran alam dengan membuat jalan yang membelah Alpen..." Tentu tak terbayang olehnya hal-hal yang terjadi selanjutnya. Pada 1870 kereta api pun tiba, membawa modernitas. Ini pekerjaan raksasa, termasuk membuat terowongan 15 kilometer dengan peledak, menembus bahu granit keras di salah satu pegunungan paling perkasa di Eropa.

Penggalian terowongan abad ke-19 itu memakan waktu sepuluh tahun dan korban setidaknya 199 jiwa. Louis Favre, insinyur Swiss cemerlang yang membangunnya, meninggal akibat stroke saat memeriksa pekerjaan itu, pada usia 53 tahun, sebelum terowongannya selesai. Kereta api perdana melintas pada 1882, penumpangnya menyesap sampanye sambil menempuh jarak antara Milan dan Lucerne dalam sepuluh jam. Dalam tahun pertama, seperempat juta orang telah menempuh perjalanan itu. Dan angkanya terus bertambah. Seabad kemudian, pada 1980, terowongan lain dibuka melalui celah itu, kali ini untuk mobil—yang dengan panjang 16,9 kilometer merupakan terowongan darat terpanjang di dunia saat itu. Jalan dua lajur  yang sempit itu tidak pernah dirancang untuk menampung lalu lintas truk, tapi truk tetap melaluinya. Celah Gotthard sejak dulu adalah salah satu rute utara-selatan yang paling lurus melintasi Alpen. Pada sore Maret yang dingin bersalju ketika saya menemani insinyur kepala Alp-Transit, Heinz Ehrbar, mengunjungi tempat itu, yang masih perlu digali tinggal satu jalur batuan perawan terakhir. Saat itu hanya ada 2,4 kilometer granit dan gneiss di antara penambang yang menggali terowongan ke selatan dari desa ski Sedrun dan penambang yang menggali ke utara dari Faido.
Bagi Ehrbar, Sedrun-lah tempat semuanya bermula, lima belas tahun silam, ketika ia ditawari pekerjaan mengelola proyek untuk bagian terowongan yang ini. Meskipun sejak itu dia telah naik pangkat menjadi insinyur kepala untuk seluruh proyek, bagian yang dimulai di Sedrun tetap istimewa—“bayi Heinz”, demikian julukan salah seorang surveyor AlpTransit—bukan hanya karena kenangan masa lalu, tetapi karena ini bagian tersulit. Batuannya rumit dan tidak stabil, serta terowongannya paling dalam, hingga 2.450 meter di bawah puncak gunung.

"Saya menikmatinya," katanya diam-diam sementara kami mengenakan pakaian pengaman—sepatu bot, helm proyek, baju terusan yang mencolok, dan ransel yang berisi persediaan oksigen setengah jam. "TBM itu mesin yang mengesankan, tapi duduk di kursi operatornya sambil mengamati jarum penunjuk, rasanya kurang memuaskan ketimbang meledakkan jalan menembus batuan."

Dan sebagian batuan itu perlu dihadapi dengan upaya ekstra. Batuan di sektor Sedrun tidak dapat ditembus dengan TBM. Setiap meter harus diraih dengan cara lama, melalui peledakan atau penggalian dengan mesin biasa dan menopangnya. Satu bagian sepanjang 1.100 meter, dari gneiss cacat yang disebut Kakirit, perlu tiga tahun untuk ditembus—dengan kecepatan seperti itu, tentu perlu waktu seabad untuk menggali seluruh terowongan. Jenis batuannya membuat penggalian terowongan seperti mimpi buruk—lembut seperti mentega, mudah runtuh, tanpa integritas struktural sama sekali.

Agar berat gunung yang besar tidak mengubah bentuk terowongan, Ehrbar memperbesar lorong itu, lalu menopangnya dengan cincin-cincin besi raksasa pengerut yang akan menyempit sedikit jika mendapat tekanan, perlahan-lahan membentuk dinding dan langit-langit ke bentuk dan ukuran yang diinginkan. Perjalanan ke tempat penggalian dari Sedrun saja sudah petualangan tersendiri. Untuk mencapai perut pegunungan, penambang harus menggali terowongan ke dalam lereng gunung dekat situ, lalu mengebor sepasang sumuran turun 800 meter—dalamnya dua kali lipat ketinggian Empire State Building—dan memasang lift, satu untuk mengangkut buruh dan material, satu untuk peralatan berat. Para insinyur dari tambang emas Afrika Selatan yang terkenal dalamnya itu diterbangkan ke sini untuk membuat sumuran itu.

Perjalanannya mendebarkan, terjun dalam kerangkeng baja sementara debu dan angin melecut di sekeliling. "Tapi lebih baik daripada turun tangga," celetuk Ehrbar saat kami keluar di dasar, memasuki dalam dunia bawah tanah yang panas dan lembap. Kami menggantung jaket di pancang besi yang dipalu ke dalam batu, lalu naik kereta penambang sempit yang berguncang dan mendecit dalam perjalanan panjang ke garis depan penggalian. Sewaktu kami tiba, mereka sedang di antara ledakan. Para pemuat ember menyekop puing-puing di satu lorong terowongan, sedangkan tim peledak menyiapkan muka lorong satunya, memasukkan peledak ke dalam seratus lubang bor, dan memasang kabel pada peledak tersebut.
Beberapa jam lagi mereka akan meledakkan lagi, dan mendorong lorong lebih dalam tiga meter. Sementara itu, di sisi seberang muka batuan itu, sekitar 2,4 kilometer dari sini, Sissi dan Heidi menggali batuan semakin dekat.

Dalam perjalanan kembali ke lift, Ehrbar menunjuk bagian yang memaksa mereka bekerja keras, meter demi meter, selama tiga tahun itu. "Setelah semuanya selesai," katanya, "saya ingin ikut perjalanan pengujiannya. Terowongan Lötschberg diuji dengan kecepatan 288 kilometer per jam. Terowongan kami lebih panjang. Saya ingin melesat di sini seperti itu."

Perjalanan yang cepat dan mulus menembus Alpen dalam kegelapan yang nyaman: Adam dari Usk tentu menyukainya.

(source : http://nationalgeographic.co.id)

Cara Masyarakat Dayak Membatasi Pembakaran Hutan

Oleh Administrator  | Selasa, 8 Maret 2011 | budaya

Cara Masyarakat Dayak Membatasi Pembakaran Hutan
Muhammad Arie Taufan/Fotokita.net
 
Masyarakat Dayak Kendayan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, punya cara untuk membuat api tidak meluas saat pembakaran. Teknik itu mereka sebut "nataki".  

Masyarakat Dayak Kendayan punya tradisi membuka lahan dengan cara membakar. Tradisi itu sudah turun-temurun dilakukan sejak sejak nenek moyang mereka. Tetapi, mereka menolak dibilang merusak hutan. "Itu bukan untuk merusak hutan. Nenek moyang kami mengajarkan bagaimana caranya membuka lahan yang aman," kata Felisianus Kimsong, tetua adat Subsuku Gajekng di Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang.

Masyarakat Dayak Kendayan juga mengatakan bahwa abu pembakaran batang-batang pohon di lahan yang akan dibuka itu sangat cocok menjadi pupuk alami. Hasil pertaniannya tetap bagus walaupun hanya menggunakan pupuk alami dari abu itu."Makanya, kami biasanya meninggalkan lahan itu setelah satu musim, lalu kembali lagi setelah tujuh atau delapan tahun kemudian. Saat itu, lahan sudah kembali rimbun dan kami membakarnya lagi," kata Kimsong.

Nataki
Nataki biasanya dilakukan bersama-sama oleh satu kelompok masyarakat. Caranya dengan merobohkan pepohonan, belukar, atau ilalang di sekeliling lahan yang hendak dibakar. Lebar batas api itu antara tiga hingga lima meter. Nataki diperlukan agar api tidak menyambar lahan di luar kawasan yang hendak dibuka untuk bertani.

Setelah dirobohkan, ilalang atau belukar biasanya disapu ke arah lahan yang hendak dibakar. Itu dilakukan supaya batas api itu benar-benar bersih. Pekerjaan itu tidak mudah karena pembersihan batas api harus dilakukan di sekeliling lahan. Padahal, lahan yang dibuka kadangkala hingga beberapa hektare sekaligus jika akan dikerjakan bersama oleh beberapa petani sekaligus.

Setelah batas api bersih, mereka baru memulai membakar lahan. Sebelum membakar lahan, mereka biasanya juga mengamati arah angin. Mereka akan membakar searah tiupan angin, tetapi ujung lahan biasanya sudah dibakar sedikit supaya jika tiba-tiba angin membesar, api tidak keluar dari batas api.

Lahan dibakar selama tiga atau empat hari. Saat abu sudah mengendap, petani baru menanami lahan dengan tanaman pangan atau sayur-sayuran.

Dulu, tradisi buka lahan ini dirangkai dengan upacara adat. Sekarang, seperti dijelaskan oleh salah satu warga, meskipun tradisi nataki masih dipegang teguh, tak semuanya tradisi buka lahan dirangkai dengan upacara adat yang rumit.

Masyarakat adat umumnya masih patuh terhadap hukum adat terkait pembakaran lahan. Warga adat yang diketahui membakar lahan dengan sengaja dan mengakibatkan kebakaran hebat akan terkena denda adat. Selain itu, warga tersebut juga akan diajukan ke penegak hukum untuk mendapatkan hukum pidana.

Kearifan lokal
Staf Pengajar Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia M. Iqbal Djajadi mengatakan, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat termasuk etnis yang memiliki banyak kearifan lokal. "Sayangnya, kearifan lokal itu sering dibenturkan oleh ketidakarifan nasional dan global," tutur Djajadil.

Ia menyebut masuknya investor nasional dan internasional ke Kalimantan Barat dalam satu sisi menjadi semacam ketidakarifan bagi masyarakat lokal. "Walaupun diakui ada banyak manfaat, masuknya investasi besar-besaran dan migrasi masyarakat luar ke Kalimantan Barat telah mengancam eksistensi kearifan lokal masyarakat," kata Djajadi dalam Kongres Kebudayaan Kalbar di Kabupaten Ketapang beberapa waktu lalu.

Ketidakarifan nasional dan global, dalam kaitannya dengan kearifan lokal membuka lahan termanifestasi dalam adopsi cara membakar lahan yang salah. Tidak sedikit perusahaan yang membuka lahan di Kalimantan Barat dengan cara mem bakar lahan. Tanpa membuat batas api, perusahaan-perusahaan itu membakar lahan. Akibatnya, kebakaran meluas.  

"Dulu pernah ada perusahaan yang membakar lahan hingga mengakibatkan kebakaran hingga ratusan hektare. Itu karena perusahaan mengabaikan cara membuka lahan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Kendayan," kata seorang warga adat. (Agustinus Handoko)
(source : http://nationalgeographic.co.id)
Sumber: Kompas.com

Kelinci sumatra, kelinci paling langka di dunia

Oleh Administrator  | Kamis, 21 Oktober 2010 | alam dan lingkungan

Kelinci sumatra, kelinci paling langka di dunia
 
Kelinci sumatra atau Nesolagus netscheri tercatat sebagai kelinci paling langka di dunia. Hewan ini dinyatakan hampir punah oleh International Union for Conservation of Nature. Sebelumnya, hewan ini pernah dikira punah hingga pada tahun 1990-an berhasil terfoto oleh seseorang.

Kelinci ini terletak pada tempat yang sangat terisolasi, hanya terdapat di hutan-hutan Bukit Barisan, Sumatra. Karena mereka terletak di tempat yang sangat terisolasi, informasi tentang perilaku dan habitatnya sangat minialm. Bahkan, masyarakat setempat tak memiliki bahasa lokal untuk menyebutnya dan ada yang tak menyadari keberadaannya.

Berdasarkan informasi yang sangat minimal itu, diketahui bahwa kelinci ini aktif pada malam hari. Di siang hari, mereka menghabiskan waktu untuk bersembunyi di dalam liang yang ditinggalkan hewan lain. Sejauh ini, tak ada bukti bahwa mereka menggali lubangnya sendiri.

Kelinci sumatra terlihat menarik sebab memiliki warna bulu yang bermotif garis. Diperkirakan, warna bulu tersebut dimiliki agar kelinci itu bisa menyesuaikan diri dan bersembunyi di dasar hutan hujan tropis. Secara umum, kelinci ini memiliki bulu yang tebal dan lembut, garis-garis yang berwarna coklat kacang, serta satu garis yang memanjang dari tengkuk hingga ekor. Ciri lainnya adalah memiliki ekor warna merah, berbobot lebih kurang 1,5 kg, dan telinga yang lebih kecil dari kelinci umumnya.

Kelinci ini tidak mencari makan seperti hewan lainnya yang berkeliling wilayah tertentu. Mereka memilih untuk hanya berada di daerah sekitar liangnya dan memakan tanaman apa saja yang ada di sana. Tentang reproduksinya, belum ada data yang cukup jelas karena kajian tentang jenis kelinci ini jarang.
Sumber: Kompas.com

7 crop circle terbesar di dunia

Oleh Agung Dwi Cahyadi  | Senin, 24 Januari 2011 | alam dan lingkungan

7 crop circle terbesar di dunia
Wikipedia
 
Fenomena crop circle di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta boleh jadi yang pertama kali di Indonesia. Namun sebenarnya, ada beberapa pola serupa dengan ukuran jauh lebih besar di beberapa negara di dunia.

Crop circle  adalah suatu pola teratur yang terbentuk karena adanya perebahan sebagian tanaman, biasanya ditemukan di ladang pertanian, yang terkadang membentuk pola-pola tertentu. Pola tersebut seringkali terbentuk hanya dalam waktu semalam. Karena pola yang ditemukan tidak selalu berbentuk lingkaran, crop circle juga sering disebut crop formation.

Sepanjang paruh ketiga abad 20, sekira 10 ribu crop formation dilaporkan ditemui di 26 negara (27 jika termasuk fenomena di Sleman, Yogyakarta) di seluruh dunia dan 90% di antaranya ada di selatan Inggris. Dari sekian banyak fenomena crop formation di seluruh dunia, berikut ini beberapa di antaranya yang dilaporkan sebagai crop formation terbesar. Namun, tidak semua crop formation ini misterius. Beberapa di antaranya merupakan buatan manusia.

1. The Human Butterfly. Sebuah crop formation berbentuk manusia bersayap kupu-kupu ditemukan di selatan Belanda, dekat kota Goes pada bulan Agustus 2009. Ini adalah crop formation terbesar di dunia yang pernah ditemui dengan ukuran 530 x 450 meter. Sekelompok orang dari Project Atlas membentuk crop formation ini sebagai simbol keindahan sekaligus kerapuhan manusia.

2. Dalian Cornfiled Maze. Seperti namanya, crop formation ini memang sebuah maze raksasa berukuran 22,7 hektare yang terletak di dekat jalan raya Dandong-Dalian, China. Rute terpendek maze ini sepanjang 3.800 meter dan perlu waktu sekira satu jam untuk menyelesaikan maze ini. crop formation ini sengaja dibuat pemerintah setempat sebagai sarana promosi untuk menarik investor mengembangkan area pertanian di daerah Dalian.

3. Pada tahun 2005 sebuah ladang mint di Dalponte Farms, Richland, New Jersey, AS tiba-tiba ditemukan bergambar kelelawar seluas lebih dari 6.070 meter persegi. Namun setelah diperhatikan, gambar kelelawar tersebut merupakan logo dari Bacardi, sebuah perusahaan yang memproduksi minuman beralkohol.

4. Crop formation juga ditemui di Italia. Salah satu yang terbesar dilaporkan terlihat di Torino pada 13 Juni 2010. Pola yang ditemui di negeri ini berbentuk bunga dengan enam kelopak. Sebagian pengamat menafsirkan pola crop formation itu dengan menggunakan perpektif galaksi.

5. Crop fromations terpanjang terlihat di Etchilhampton, Wiltshire, Inggris pada tahun 1996. Bentuknya berupa lingkaran dan jalan kecil yang saling bertautan sepanjang kurang lebih 1250 meter dari satu ladang ke ladang lainnya.

6. Sebuah crop formation berbentuk mandala dengan tujuh kelopak ditemukan pada tahun 1998 di Alton Barnes, Wiltshire, Inggris. Area yang membentuk pola tersebut membentang seluas 6 ribu meter persegi.

7. Rekor untuk crop formation dengan desain terbesar dan lingkaran terbanyak dalam sebuah formasi masih dipegang sebuah motif yang ditemukan di Milk Hill, Wiltshire, Inggris. Pada 12 agustus 2001, pola dengan 409 lingkaran kecil membentuk sebuah desain berlengan enam berdiameter sekira 243 meter.
 
(source : http://nationalgeographic.co.id)